أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ
الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ
وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ
مَتَى نَصْرُ اللهِ أَلآَ إِنَّ نَصْرَ اللهِ قَرِيبُُ {214}
Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu
(cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang
beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al Baqarah 214)
Dalam
surat Al Ankabut ayat 2-3 Allah mengingatkan bahwa ia tidak akan
membiarkan seseorang mengatakan bahwa dirinya telah beriman, sebelum ia
mengujinya dengan berbagai ujian yang berupa penderitaan ,ketakutan , kegoncangan dan kepahitan
hidup. Dalam surat Al Baqarah ayat 214 diatas Allah juga mengingatkan
bahwa tidak mungkin bagi seseorang akan masuk syurga begitu saja sebelum
datang padanya berbagai ujian dan cobaan yang berat sebagaimana yang
pernah dialami orang orang dahulu.
Namun demikian betapapun beratnya ujian dan cobaan yang datang pada seorang Mukmin Allah pasti akan mendatangkan
pertolongan padanya, asalkan ia tetap istiqomah , memohon padaNya
dengan sabar dan shalat. Allah mengingatkan dalam surat Al Insyiriah :”
Sesungguhnya disamping kesulitan ada kemudahan”. Dalam surat Al Baqarah
ayat 45 dan 153 Allah juga mengingatkan kepada orang yang beriman agar selalu meminta tolonng pada Allah dengan mengerjakan shalat dan bersabar.
Dalam kehidupan sehari hari banyak fakta dan kejadian
yang membuktikan kebenaran datangnya pertolongan Allah pada orang yang
istiqomah dan selalu memohon pada-Nya. Mereka selalu lolos dari berbagai
problem dan masalah yang dihadapi dengan pertolongan yang menakjubkan
dari Allah swt. Berikut ini
kami sampaikan beberapa kisah pengalaman orang orang yang mendapat
pertolongan dari Allah secara menakjubkan, yang kami kutip dari beberapa
sumber di internet. Mudah mudahan kisah dan pengalaman mereka bisa
menjadi motivasi bagi kita dalam menghadapi berbagai problem dan masalah
dalam hidup ini.
1. Sesungguhnya Pertolongan Allah Dekat
Pagi itu saya tengah berkeliling sebuah pesantren yang mengagumkan di Kalimantan Timur. Pesantren itu adalah Pesantren Hidayatullah yang terletak di sebuah kawasan bernama Gunung Tembak, Balikpapan. 120 hektar luas pesantren itu dan lebih dari 130 cabang sudah tersebar di dalam maupun luar negeri. Setidaknya itulah info yang saya dapatkan dari beberapa ustadz yang menemani saya saat bersilaturahmi ke sana.
Beliau menjawab bahwa Alhamdulillah biaya bulanan selalu cukup meskipun banyak dari santri yang tidak sanggup membayar SPP.
“Ya, saya mengerti… tapi khan pasti ada jalan keluar yang harus dicari… Begini aja, ada cerita bagus gak dari pesantren ini yang bisa dibagi ke saya?!” tandas saya.
Akhirnya ustadz Rofiq (beliau biasa disapa demikian), menceritakan satu kisah yang mengagumkan.
Hal itu dilaporkannya pada pukul sekitar jam 8 pagi, padahal makan siang hanya tersisa 4 jam lagi. Dus, santri yang perlu makan jumlahnya adalah ratusan.
Mendengarnya pak kyai menjawab tenang. Ya, inilah sosok hamba Allah yang selalu menyerahkan urusannya kepada Allah. Tidak pernah panik dan selalu tenang! Beliau menukas :
“Begini
saja, mari kita pergi ke masjid untuk shalat Dhuha!” Sang ustadz kepala
gudang mengiyakan ajakan pak kyai. Ustadz kepala gudang tahu benar
tabiat kyai yang selalu menyerahkan semua urusan kepada Allah Swt.”
Inilah para hamba Allah yang sebenarnya. Yaitu manusia-manusia shalih yang mengabdikan diri menjadi hamba Allah sesungguhnya, dan mereka semua menjadikan Allah Swt menjadi Tuhan mereka dengan sebenarnya.
Radhitu billahi Rabban…. wa bil islami diinaa… wa bi muhammadin nabiyyan wa rasuulaa…
Maka para hamba Allah itu melakukan shalat dhuha sepuas hati mereka. Ada di antara mereka yang mengerjakan 2, 4, 6, 8 bahkan 12 rakaat. Usai mereka berdiri, rukuk dan sujud dihadapan Allah Sang Penguasa Alam, maka wajah-wajah mereka menengadah. Tangan-tangan mereka terangkat menjulur ke langit. Mereka meminta dengan penuh harap dihadapan Tuhannya.
Allahumma inna hadzhad dhuha’a dhuha’uka wal baha’a baha’uka…..
Berikan kepadaku karunia yang pernah Engkau berikan kepada hamba-hambaMu yang shalihin.
Ya, ijabah Allah mendahului permohonan doa mereka!!!
Maka di gerbang tersebut ada sebuah truk penuh berisi muatan beras. Ya, beras!!! Beras yang Allah Swt datangkan untuk para hambaNya yang membutuhkan.
Truk itu pun dibongkar muatannya di gudang pesantren. Sambil membongkar para petugas pesantren menanyakan kepada supir truk darimana asal beras ini. Supir truk itu memberi keterangan bahwa kemarin Bulog Kaltim melakukan sidak (inspeksi mendadak) di pasar. Mereka temukan raskin (beras untuk orang miskin) rupanya dijual bebas. Maka beras itu pun disita oleh Bulog.
Setelah disita para pejabat Bulog Kaltim mendapati bahwa gudang mereka penuh dan tidak bisa menampung beras sitaan. Maka mereka berpendapat, kalau tidak bisa disimpan lebih baik disumbangkan saja sebelum beras itu rusak. Namun kemana hendak disumbangkan? Maka mereka memutuskan untuk menyalurkan beras itu ke pesantren Hidayatullah saja!!!
Sungguh ada kenikmatan dan keindahan yang tiada terperi, bila kita menjadi hamba Allah sebenarnya! Tidakkah kita menyadarinya, sobat?!
( Sumber www.lailahaillallah.com)
2. Jangan Mengeluh Pertolongan Allah Pasti Datang
Bobby Herwibowo
Dalam
menjalani hidup yang digariskan Allah Swt mungkin ada getir yang kita
rasakan. Seperti hidup yang kadang terasa manis, maka kegetiran menjadi
sebuah keniscayaan. Hal yang terbaik adalah senantiasa ridha atas
ketetapanNya, dan berbuat yang terbaik untuk mendapatkan keridhaanNya.
Bukan mengeluh, sebab hanya mereka yang tak beriman yang senantiasa
putus harapan.
Seperti
kaum muslimin yang menjalani perang Khandaq dalam ayat 214 surat Al
Baqarah di muka. Dalam kondisi paling kritis pun, seorang muslim tidak
boleh memiliki prasangka buruk terhadap Allah, apalagi mengeluh terhadap
kondisi yang berlaku. Ketahuilah pertolongan Allah sungguh amat dekat!
Sore
itu Rabu, tanggal 27 Juni 2007 ada sebuah sms masuk ke hp ustadz
Burhan. Sms itu berasal dari Abdul Majid rekannya dan berbunyi: NANTI
MALAM SAYA MAU KE RUMAH BA’DA MAGRIB, BOLEH GA?
Sang ustadz menjawab: BOLEH, TAPI JANGAN BA’DA MAGRIB. ABIS ISYA AJA YA…. DITUNGGU!
Abdul Majid membalas lagi: JGN DITUNGGU, KARENA MAU “NGEREPOTIN”. ANGGAP AJA DATENG MENDADAK!
Ustadz
Burhan tidak membalas sms terakhir dan benar saja begitu shalat Isya
telah didirikan, Abdul Majid pun datang ke rumah Ustadz.
Abdul
Majid datang ke rumah Ustadz Burhan dengan tampang kusut. Sepertinya
dia lagi banyak masalah. Biasa orang sekarang, Hidup sarat dengan
masalah! Saking pusing dengan masalahnya ia langsung berkata kepada
ustadz dan masuk rumahnya tanpa salam:
“Bang Haji, tolongin saya dong pinjemin duit barang tiga juta setengah… Saya lagi pusing nih!”
“Emangnya ada apa Majid?” sang ustadz bertanya balik.
Setahu
ustadz Burhan, Abdul Majid adalah anak yang baik. Dia baru berumur 27
tahun dan belum menikah. Meski demikian, Abdul Majid mau memikirkan
nasib anak-anak yatim di kampungnya, dan ia pun mendirikan sekolah
gratis untuk mereka. Abdul Majid di kampungnya dikenal sebagai tuan
guru.
“Begini…
saya pernah janji sama anak-anak di sekolah bahwa kalau mereka lulus
ujian akhir tahun ini saya mau ajak mereka jalan-jalan ke Jakarta.
Semalam saya sudah lihat raport mereka semua. Alhamdulillah mereka
lulus! Tapi tiba-tiba saya terbayang janji saya tempo hari. Malam tadi
saya kalkulasi, keperluan jalan-jalan adalah tiga setengah juta. Hari
Jum’at raport dibagiin dan Sabtu saya mau ajak mereka semua
jalan-jalan…. Tolong dong bang haji, pinjemin saya duit tiga setengah
juta!”
Ustadz
Burhan hanya tersenyum mendengar penuturan Abdul Majid. Tulus sekali
anak ini, gumamnya. Demi kepentingan anak-anak yatim sampai sedemikian
hebatnya ia memikirkan.
Sambil tersenyum dan menghibur Ustadz Burhan bilang kepada Abdul Majid:
“Begini…. urusan tiga setengah juta gampang nyarinya. Asal elo dan gua malam ini dan besok mau ngerjain tiga hal:
1) Tahajud malam ini.
2) Berdoa sungguh-sungguh sama Allah agar Dia mau kasih duit sejumlah itu, dan
3) Punya duit berapa sekarang di kantong?”
Kalimat terakhir Ustadz Burhan mengagetkan Abdul Majid. Dengan keheranan ia bertanya, “Ada sih 250 ribu..!”
“Boleh gak disedekahin 100 ribu?!” ustadz Burhan bertanya.
Sambil keheranan Abdul Majid bertanya, “Disedekahin ke Antum?”
“Nggak….
sedekahin aja kemana ente mau! Insya Allah kalo tiga hal ini elo
kerjain, Allah bakal ngedatengin uang yang kita perluin. Asal kita yakin
Allah bakal nolong!”
Pembicaraan
antara dua hamba Allah pun terus berlangsung. Hingga waktu menunjukkan
lebih dari jam 9 malam. Ustadz Burhan pun menyuruh Abdul Majid pulang.
Namun
Abdul Majid belum mau berdiri dari kursi. Maka ustadz pun masuk kamar.
Sejurus kemudian dia membawa 5 lembar uang limapuluh ribuan. Uang itu
diberikan kepada Abdul Majid dan ia pun menghitungnya.
Abdul
Majid mengira bahwa keperluannya sebesar tiga juta setengah akan
ditutupi oleh ustadz. Matanya berbinar saat melihat ustadz membawa
lembaran kertas berwarna biru itu. Kelima lembar uang itu dihitungnya
dihadapan ustadz. Usai menghitung Abdul Majid berkata, “Kok Cuma dua
ratus lima puluh ribu doang?” Ia bertanya keheranan, mungkin jumlah yang
ia dapati jauh dari harapan.
“Iya…
itu cuma segitu doang. Mudah-mudahan itu jadi pancingan. Yang penting
jangan lupa tiga hal tadi. Insya Allah pasti akan ada pertolongan!”
Ustadz Burhan coba menegaskan.
Tapi
Abdul Majid masih belum merasa yakin. Meski sudah diantar hingga ke
halaman oleh Ustadz Burhan, ia masih bertanya, “Emangnya bener kalo saya
kerjain 3 hal tadi, saya bisa dapat duit Jum’at pagi?” Terlihat raut
kebimbangan pada wajah Abdul Majid.
“Jangankan
Jum’at pagi, besok pagi pun kalo Allah mau pasti uang itu bisa kite
dapetin. Yang penting yakin dan kerjain aja 3 hal itu!” Ustadz Burhan
sekali lagi meyakinkan.
Akhirnya Abdul Majid pun pulang bersama sepeda motornya.
Kamis
siang pukul 13 tanggal 28 Juni 2007, Abdul Majid mengirim SMS ke nomer
ustadz Burhan. Sms itu berbunyi: ASSALAMU’ALAIKUM. SUDAH SIANG GINI SAYA
BELOM DAPET 3,5 JT. PADAHAL SUDAH SHODAQOH. ADA CARA LAIN GA?
Dari
sms itu, Ustadz Burhan tahu bahwa Abdul Majid sedang panik. Maka beliau
pun membalas: KALO UDAH SEDEKAH, SEKARANG DOA AJA YANG SUNGGUH-SUNGGUH
DAN BERTAWAKKAL. PASTI ALLAH TOLONG!
Lama
tidak ada balasan sms dari Abdul Majid. Ustadz mengira bahwa Abdul
Majid sudah mendapat pertolongan atas masalahnya. Namun pukul 19:56 ada
sebuah sms lagi dari Abdul Majid masuk ke hpnya:
ASTAGFIRULLAHAL’ADZIM. KIRA2 SAYA DOSA APA YA? DO’A SAYA GAK DI QOBUL.
Menerima
sms itu Ustadz Burhan turut merasa panik. Besok pagi padahal sudah hari
Jum’at. Hal yang membuat panik sang ustadz adalah bahwa dirinya telah
menggiring Abdul Majid untuk masuk ke jalan Allah Swt demi menyelesaikan
permasalahannya. Ustadz Burhan khawatir, andai saja pertolongan Allah
itu tidak datang, pasti keyakinan Abdul Majid kepada Allah Swt akan
berkurang. Lama Ustadz Burhan berdoa kepada Allah Swt agar dia berkenan
memudahkan urusan Abdul Majid. Usai hatinya tenang, sang ustadz membalas
sms dengan menuliskan:
ALLAH
GAK BUTA & TULI. DIA NGELIAT DAN NGEDENGER APA YANG KITA PERLUIN.
TERUS SAJA BERDOA DAN TAWAKKAL! SAYA JUGA BERDOA SEMOGA URUSAN INI AKAN
DPT PERTOLONGAN.
Abdul
Majid tidak membalas sms. Ustadz Burhan mengira jangan-jangan dia sudah
tidak percaya lagi dengan kekuatan doa. Maka Ustadz Burhan pun terus
mendoakan Abdul Majid dan urusannya.
Hingga
saatnya kira-kira pukul 9 pagi di hari Jum’at. Ustadz Burhan mendengar
suara dering masuk di hpnya. Namun karena beliau sedang berada dalam
kendaraan umum, maka hp itu tidak diangkatnya.
Tepat
beberapa langkah setelah beliau turun dari metro mini yang
ditumpanginya, sekali lagi hpnya berdering. Beliau tidak sempat melihat
nomer penelpon pada display hp. Belum lagi beliau berucap salam,
terdengarlah suara yang begitu riang di seberang:
“Bang
haji…. Alhamdulillah, Alhamdulillah! Ini Majid, saya sudah dapat duit
tiga setengah juta itu. Bukan pinjem lagi, kebetulan ada orang ngasih…
Alhamdulillah!”
Mendengar
suara gembira itu, ustadz Burhan turut bersyukur. Beliau pun bertanya,
penasaran “Bagaimana ceritanya bisa dapet duit itu?”
“Entar
saya datang ke rumah bang haji deh…. Biar bisa cerita selengkapnya.
Sekarang saya mau pulang ke kampung dulu, ngejar pembagian raport.
Mudah-mudahan besok pagi bisa bawa anak-anak main ke Jakarta!”
Telepon
itu pun ditutup dengan diakhiri suara nada riang Abdul Majid. Kini
tinggal, ustadz Burhan bertanya-tanya darimana Allah mendatangkan
pertolongan itu?
Belakangan
beliau tahu dari seseorang bahwa bupati dimana Abdul Majid berada
memberikan bantuan kepada sekolahnya persis sebesar uang yang dibutuhkan
oleh Abdul Majid.
Sungguh pertolongan Allah akan datang, maka janganlah mengeluh!
Salam
Bobby Herwibowo
(Sumber : www.al-kauny.com)
3. Sungguh Pertolongan Allah Amat Dekat
Alhamdulillah..
udah lama juga nggak ngepost di blog ini. entah kenapa akhir-akhir ini
seperti sangat disibukkan oleh aktivitas yang sebenernya nggak bisa
dikatakan “sibuk”. mungkin ini salah satu doa saya yang dikabulkan oleh
Allah. waktu itu saya pernah minta untuk disibukkan dengan
aktivitas-aktivitas dikampus supaya terhindar dari hal-hal yang tidak
berguna. dan ternyata memang benar, saya benar-benar sibuk.
bingung
juga mau nulis tentang apa. kebanyakan pekan-pekan kemarin hanya
dijalankan dengan rutinitas yang itu-itu saja. tidur dikosan,bangun,
solat, kuliah,ngaji,sedikit wara-wiri di organisasi sampai pulang lagi
ke kosan. hidup saat ini bisa dikatakan “datar” walau juga ada
peningkatan di sana-sini. yah yang penting semuanya harus selalu kita
syukuri. alhamdulillah.
persis
kemarin ada kejadian yang unik. bisa juga disebut keajaiban. ya
keajaiban, tentang sebuah kepercayaan terhadap pertolongan Allah.
seorang teman mengeluhkan tentang masalahnya. sudah beberapa minggu ia
kesulitan untuk mendapatkan tanda tangan ketua jurusan. ia berencana
mengadakan sebuah kegiatan diskusi, antara mahasiswa dengan pihak
jurusan. berjam-jam lamanya ia menunggu, hasilnya nihil. besoknya ia
kembali lagi tetapi masih saja didapati sama seperti itu. sepertinya
sangat sulit kemungkinan untuk bertemu sementara dateline akhir
pengajuan proposal sudah sebentar lagi.
Waktu
mendengar hal tersebut, saya ingat waktu itu saya juga pernah berada
dalam posisi teman saya tadi. waktu itu saya juga berencana mengajukan
sebuah proposal kegiatan dan waktu itu saya benar-benar mengalami
kesulitan nyaris sama dengan teman itu, hanya saja waktu itu saya
berencana menemui pembantu dekan III fakultas saya. saat itu saya sudah
merasa kesal dengan keadaan. berjam-jam menunggu, hanya dibalas dengan
kalimat ”nanti tunggu ya pak PD III nya sedang rapat” atau “besok kamu
kesini saja lagi, pak PD III ada agenda diluar sampai sore”. alih-alih
saya melampiaskan kekesalan. saya pergi ke musola, mengambil air wudhu
dan solat, saat itu saya lupa yang antara solat dzuhur atau solat duha.
setelah solat, saya bergegas kembali untuk menemui pak PD III. entah
mengapa saya sangat yakin dengan pertolongan Allah. dan benar, Allah pun
mempermudah urusan saya. sampai dipintu ruang PD III saya langsung
dipersilahkan masuk oleh sekretaris beliau dan diarahkan langsung
menemui beliau. satu kunci yang saya dapat, saat kita merasa
yakin dengan pertolongan Allah, maka Allah pun akan yakin untuk menolong
kita. dan saat kita ragu akan pertolonganNya maka Allah pun akan merasa
ragu untuk menolong kita. seperti hukum timbal balik (Law of Reciprocity)
mendengar
cerita itu, kawan saya tadi segera mempraktekkannnya. ia segera
melakukan solat duha seperti yang saya sarankan. dan subhanallah, dengan
mudahnya ia berhasil menemui ketua jurusan dan proposal yang diajukan
diterima dengan baik bahkan ketua jurusan merekomendasikan kegiatannya
tersebut untuk dilaporkan kepada PD (pembantu dekan) agar diterima
sebagai bahan ajuan akreditasi jurusan. saya sempat tidak
percaya,berulangkali saya berusaha bertanya untuk meyakinkan hal
tersebut, namun itulah fakta yang terjadi. Allahuakbar. yang pasti
dimana kita yakin akan Allah, maka Allah pun tidak akan segan-segan
memberi kemudahan bagi kita.
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat”. (QS Al Baqarah: 45).
Sungguh hakikatnya Allah telah memudahkan kita dalam menyelesaikan
urusan yang ada. hanya saja kita terlalu takut tidak bisa
menyelesaiknnya sehingga melupakan Allah. Saya pun teringat quote
seorang teman di akun facebooknya, “Maka Berjalanlah bersama Allah dimanapun kita berada Insya Allah akan dimudahkan semua urusan kita”
semoga kita bisa mangambil hikmah dan pelajaran darinya, Wallahualambissawab
Ibnu Nashr A, Jumat 4 november 2011 07:48
(blogs.unpad.ac.id)
4. Pertolongan Allah Amatlah Dekat
Budi Setiadi
Penulis Buku “Menembus Batas”
Anda tidak akan menyangka bahwa pegawai HPPK Pasar Klewer yang setiap
hari bekerja menarik iuran dari pedagang di Pasar Klewer ini mampu
mengantarkan anak pertama lulus dari Teknik Nuklir UGM dalam waktu
kurang dari 4 tahun. Bahkan kini anaknya melanjutkan S2 di Jerman.
Allahu Akbar!!! Dua anak lainnya mengikuti jejak sang kakak, saat ini
sedang kuliah di ITB dan UGM.Penulis Buku “Menembus Batas”
Di
rumahnya yang sempit di bantaran sungai Bengawan Solo itulah, Pak Budi
dan istrinya berusaha keras mengantarkan mereka meraih cita-citanya.
Jalan hidup tak begitu saja mudah baginya. Perjuangan saat menjadi
mualaf, diusir dari kampung usai menikah, sampai saat istri divonis
sakit di bagian otak dan usahanya bangkrut. Bagaimana Pak Budi sukses
melalui berbagai ujian hidup dan tetap istiqamah? Simak penuturannya
berikut.
Bagaimana dulu Bapak masuk Islam?
Tahun 1980, ketika mabuk berat saya lihat ada pengajian di masjid yang ngisi Kyai Slamet Iskandar. Ceramahnya tentang surat Al-Ma’un. Waktu itu mengesankan sekali bagi saya. Mulai saat itulah saya belajar Islam. Setelah keluarga tahu, mereka marah besar. Saya putuskan pergi dari rumah dalam kondisi fisik terluka, namun hati saya justru merasa tenteram. Saya tidur di masjid, pindah-pindah. Seorang takmir masjid memberikan saya baju karena waktu itu saya tidak membawa sepotong bajupun selain yang menempel di badan. Saya terus belajar dari kyai dan ulama di situ.
Tahun 1980, ketika mabuk berat saya lihat ada pengajian di masjid yang ngisi Kyai Slamet Iskandar. Ceramahnya tentang surat Al-Ma’un. Waktu itu mengesankan sekali bagi saya. Mulai saat itulah saya belajar Islam. Setelah keluarga tahu, mereka marah besar. Saya putuskan pergi dari rumah dalam kondisi fisik terluka, namun hati saya justru merasa tenteram. Saya tidur di masjid, pindah-pindah. Seorang takmir masjid memberikan saya baju karena waktu itu saya tidak membawa sepotong bajupun selain yang menempel di badan. Saya terus belajar dari kyai dan ulama di situ.
Setahun
saya lancar membaca kitab kuning. Sampai saya dipercaya menjadi ketua
Pemuda Muhammadiyah. Tetapi kemudian saya mengundurkan diri karena pihak
keluarga mencari-cari saya dan saya khawatir berpengaruh buruk bagi
organisasi. Saya merantau keluar kota, menghindari hal yang tidak
diinginkan.
Saat menikah dengan istri Bapak, apa yang terjadi sampai diusir dari kampung?
Waktu itu hanya istri saya yang memakai jilbab di kampungnya, daerah Klaten. Saat itu tentu luar biasa sekali, karena jilbab masih dianggap asing. Ketika menikah, menurut adat setempat pasangan pengantin harus mengitari punden, saya menolak karena itu termasuk syirik. Karena warga tidak suka kemudian mengusir saya dan istri dari kampung. Sampai di bantaran Bengawan Solo kami menyewa sebuah rumah kecil. Waktu itu kami belum punya apa-apa. Untuk masak saja dipinjami tungku bekas jualan bakso. Belum seminggu kami sudah mendapat cobaan lagi. Uang kontrakan yang sedianya bisa dicicil setelah saya dapat pekerjaan tiba-tiba diminta dengan sangat kasar. Kalau ingat semua itu rasanya sakit sekali. Alhamdulillah setelah shalat malam dan mengadu kepada Allah, paginya ada jalan keluar. Tak hanya uang sewa rumah yang bisa saya bayarkan, bahkan dengan rezeki pagi itu saya bisa membeli perkakas rumah tangga, baju baru untuk istri, dan beberapa buku agama. Rasanya senang sekali.
Bagaimana awal mula Bapak bekerja di Pasar Klewer?
Asal mulanya ya karena kepepet. Usaha saya nggak berjalan mulus. Setelah ayam potong saya sudah coba jualan roti, juga nggak bisa bagus. Dalam keterpurukan muncul pikiran pinjam uang teman Rp. 5.000 untuk jualan rafia di pasar Klewer. Kemudian sedikit demi sedikit saya niatkan agar lebih berkembang lagi. Selain jualan di Pasar Klewer, saya juga keliling ke daerah Gemolong, Sragen, Karanganyar, Sukoharjo. Waktu itu naik sepeda onthel, ya cuma jualan rafia itu. Dan waktu itu saya niatkan sarapan setelah ada yang laku. Sampai pernah suatu ketika ke Sragen sampai sore jam 4 belum laku sama sekali. Pas sampai di pasar Palur Alhamdulillah laku semua, diborong oleh orang situ. Langsung saja saya cari warung makan dan pesan makanan. Alhamdulillah rasanya enak sekali, soalnya dari pagi cuma minum air kran.
Istri Bapak sakit, bisa diceritakan tentang sakitnya dan bagaimana Bapak menghadapi ujian tersebut?
Mungkin ini peringatan dari Allah swt. Saat itu saya sudah lumayan sukses. Usaha rafia saya sudah maju dan berkembang. Allah menegur saya dengan mengirim penyakit untuk istri saya, di otaknya ada lima virus mematikan yang menyerang. Tahun 1993/1995 semua harta saya ludes untuk biaya berobat, dalam tiga hari diperlukan biaya 2 juta. Usaha saya pun akhirnya jatuh. Dalam keadaan tersebut dokter memvonis umur istri saya tidak lebih dari dua minggu lagi. Tetapi saya tidak terima.
Waktu
itu saya katakan pada dokter tersebut, bahwa yang berhak menentukan
hidup mati manusia hanya Allah swt. kembali saya berpasrah kepada Allah
swt. Dan benar istri saya sampai sekarang masih hidup dan tampak lebih
sehat. Allah sendiri yang kirimkan obatnya. Sebuah artikel di lembaran
yang tertiup angin beberapa kali jatuh di muka saya sampai akhirnya saya
baca dan saya praktikkan untuk mengobati istri saya. Alhamdulillah
berhasil. Sampai sekarang istri saya masih terus mengonsumsi bawang
putih.
Soal menyekolahkan anak sampai lulus UGM bagaimana ceritanya Pak?
Saya hanya berusaha mendidik mereka, mengarahkan sesuai bakat mereka saja. Selebihnya semua adalah pertolongan Allah. Seperti ada orang habis Subuh mengetuk pintu dan menyerahkan amplop, katanya titipan buat saya. Saya buka ternyata isinya uang. Saya cari orang yang ngasih eh sudah hilang. Juga dipertemukan dengan panitia seleksi masuk yang cukup banyak membantu anak saya. Banyaklah kemudahan dari Allah. Saya pesan ke anak saya waktu itu, niatnya yang ikhlas untuk sekolah, pasti Allah berikan jalannya.
Apa hikmah yang Bapak petik dari perjalanan hidup Bapak selama ini?
Alhamdulillah, selama ini kita tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah. Sesulit apapun hidup kita, bagaimana menderitanya kita, asal selalu kembali kepada Allah pasti akan ada jalan keluarnya. fainna ma’al ‘ushri yusro, innama’al ‘ushri yusro, bersama kesulitan akan ada kemudahan dan Allah swt sebutkan itu dua kali berturut-turut. Asal kita ikhlas, tawakal, dan terus memanjatkan doa, insya Allah pertolongan Allah itu amat dekat. Yakinlah. (If)
(majalah.nurhidayahsolo.com)
5. Betapa Dekatnya Pertolongan Allah
Hari-hari
yang penuh hujan di awal musim semi. Dua minggu lebih, kami di Krakow
sedang memiliki permasalahan nan kompleks, sibuk luar biasa. Selain
sulitnya bergerak akibat usai terpeleset di lantai sehingga aliran darah
tidak lancar dan mengharuskanku bolak-balik ke dokter, anak-anak pun
sedang flu berat saat pergantian musim. Terbayanglah ribetnya urusan
dalam rumah karena di awal mei, kami berencana menempati appartemen yang
baru, sedangkan urusan packing di appartemen lama masih
berjalan sekitar 20 persen. Dan liburan panjang dengan suhu yang masih
naik-turun menyebabkan stok makanan di rumah menipis, tak ada kedai atau
supermarket yang buka.
Seminggu
sebelum itu sebenarnya adalah suasana yang lumayan membahagiakan bagi
muslim Krakow, sebab perjuangan mewujudkan sebuah masjid di kota ini
sudah memiliki titik terang. Hanya dikarenakan liburan panjang di hari
yang disebut-sebut perayaan paskah bagi kebanyakan penduduk sini, maka
pemasangan listrik di ruangan masjid masih tertunda. Insya Allah, di
rubrik berita, hal ini akan saya infokan tersendiri.
Saya sangat terkejut atas peristiwa yang baru-baru dialami oleh kami sekeluarga ini. Sebut saja si Gabi,
pemilik appartemen yang kami sewa di sini, tiba-tiba tanpa ba-bi-bu
datang dan menggeledah appartemen yang kami tempati, tanpa mempedulikan
rasa keberatan saya (selama ini jika kita ingin bertamu atau akan
bertemu dengan teman-teman, rekan kerja, kolega dll, pastilah harus
memiliki “janji waktu untuk pertemuan tsb”, sebagai tanda saling
menghormati jadwal masing-masing, maka di hari itu adalah seolah saya
menghadapi orang sinting). Tepat beberapa hari lalu di masa kekagetan
luar biasa itu, Mama Si Gabi ‘ujug-ujug’ masuk mengatakan hanya mau
melihat-lihat balkon, (namun dari balkon, dia leluasa melihat seisi
rumah kami, ruang tamu dan kamar tidur, kala itu dihuni tumpukan kardus
yang baru saja saya packing).
Karena ada suasana berantakan kardus-kardus tersebut, dia tunjukkan rasa emosinya, Mama Gabi marah-marah dalam bahasa Polish sambil membanting rice-cookerku, dia berteriak-teriak mengatakan bahwa percikan air bekas menanak nasi telah merusakkan dinding appartemen tersebut.
Kepada
Gabi, Saya dan suami menjelaskan bahwa suatu hal yang lumrah kalau
kardus-kardus menumpuk, sebab memang kami akan pindah dari situ dan
sedang beres-beres. Juga, saya katakan pada Gabi, bukankah saya bisa
membayar ganti rugi cat dinding (kira-kira diameter percikan air bekas
rice-cooker tsb adalah sekitar 10 cm), namun rasanya si mama Gabi tidak
perlu berteriak-teriak tanpa juntrungan seperti itu. Entah kenapa,
sepertinya penjelasan Gabi kepada mamanya tidak dipahami dengan baik,
Mama Gabi termasuk ‘mantan komunis’ yang memang punya latar belakang
hidup yang kurang baik di Krakow ini. Sungguh situasi ketika itu adalah
sangat konyol, berhadapan dengan orang jahil yang tidak mau dikritik
atas kejahilannya. Padahal selama ini, kami selalu berprasangka baik
terhadap mereka, terutama pada ketidak-ramahan si mama Gabi. Namun hari
itu, dia makin menjadi-jadi, dia yang sudah berusia manula, sambil
mengomel (yang saya tak paham maksudnya), lalu menghidupkan sebatang
rokok dan mondar-mandir di appartemen kami dengan mengepul-ngepulkan
asap rokoknya. Dan itu adalah pelanggaran hukum, tapi dengan cueknya dia
tetap bersikap tak sopan. Kesimpulan yang kami tarik atas kronologis di
hari itu adalah Gabi dan mamanya ini “tidak rela” kehilangan biaya sewa
atas kepindahan kami, dan mereka tak rela pula mengembalikan uang
deposit yang kami punya.
Selanjutnya
dia banting pintu di ruang tamu hingga tiga kali seraya berteriak
kencang meminta uang untuk merenovasi appartemen! Duh, Innalillahi wa inna ilaihi roji’uun…Duhai
Robbi, apakah dosa kami hingga perlakuan orang di depan mata ini
sebegitu zalimnya? Dan yang paling lucu, memangnya kami ini ‘siapanya
dia’, kok dimintai uang buat renovasi appartemennya? (kondisi appartemen
lama yang biasa kami tempati itu adalah sangat cantik, bagus, rapi dan
terbiasa kami rawat dengan baik selaku penyewa. Namun Mama Gabi tidak
suka dengan rusaknya cat dinding 10 cm tadi, akibat percikan air rice-cooker yang
saya ceritakan di atas). Logiskah gara-gara 10 cm cat dinding, tapi
minta renovasi semua isi apartemen? Hmmm, dan banyak lagi prilaku dan
ucapan Gabi dan mamanya yang membuatku terkejut dengan perasaan
campur-aduk yang amat sangat, mereka berkata kasar, ucapan yang kotor,
juga melanggar perjanjian-perjanjian selama ini, hal ini insya Allah detailnya
akan saya kisahkan di momen kisah selanjutnya, sebagai contoh nyata
kita harus ekstra-waspada dalam berbisnis dengan orang yang tidak
mengenal Tuhan.
Sungguh
efek yang luar biasa terhadap kesehatanku yang saat ini berada hampir
di penghujung kehamilan. Sepulangnya mereka dengan mengumbar “notes”
sepihak, saya muntah-muntah, tak ada makanan yang bisa masuk hingga
beberapa hari, mulailah terganggu saluran pencernaanku, mungkin karena
bercampur bau-bauan dari aroma rokok dan bahan kimia yang digunakan
untuk bersih-bersih ruangan, mungkin pula akibat pengaruh psikologis
yang mengharuskanku menelan pil kesabaran dengan penambahan dosis agar
tak ikut tersulut emosi.
Dua hari kemudian, seluruh barang sudah kami packing,
siap berpindah appartemen dengan jadwal lebih cepat, dan Gabi yang
tadinya berminat menipu mentah-mentah dengan menyodorkan surat
permintaan renovasi berbahasa Polish, yang salah satu point-nya
adalah uang yang dimintanya hingga puluhan juta rupiah, ternyata harus
sedikit “mengalah”. Dua orang teman Poland yang merupakan rekan kerja
suamiku ikut datang dan berdebat hebat dengannya. Mereka menerjemahkan
semua kalimat dalam surat itu yang kenyataannya memang “Gabi mau untung
sendiri”. Jujur saja, ini pengalaman pertamaku bertemu seorang wanita
penipu sadis di luar negeri, yang betapa kagetnya diriku, semua kalimat
dan perjanjian yang ada ternyata ia langgar. Yang tetap ngotot meskipun
sudah “kalah argumen” dengan teman-teman Poland sendiri. Hingga teman
Poland kami itu memang berkata, “Janganlah kalian membenci ke semua
orang Poland, hanya gara-gara wanita sinting yang satu ini… dia ini
benar-benar bodoh dan sombong, kalau orang bodoh, tapi masih mau
menerima kebenaran, pasti masih ada jalan atas suatu masalah. Tapi jika
sudah sombong, yah… lebih baik cepat-cepat menjauh deh…buang-buang
energi berurusan dengannya…”, saya dan suami memandang anak-anak yang
tampak lelah. Kami pun teringat, bahwa mencintai atau membenci sesuatu
memang harus selalu dikarenakan Allah ta’ala. Adalah suatu kesalahan
kami, mempercayai seseorang yang memang tidak mengenal Sang Pencipta, astaghfirrulloh…
Di
malam kepindahan dadakan itu usai “selesainya” urusan dengan Gabi, yang
mana ia akhirnya telah ‘merampok’ uang sekitar 1000 Euro dari kami,
sungguh terasa pertolongan Allah SWT buat kami. Teman-teman membantu
suamiku memindahkan barang-barang ke rumah seorang teman muslim (karena
jadwal pindah ke appartemen baru, masih dua hari kemudian). Satu teman
wanita mengantarkan saya dan anak-anak ke hotel terdekat, hotel kecil
yang dekat dengan kantor suami. Seusai menemani anak-anak tidur, barulah
saya “mengadu” kembali pada-Nya, alangkah nikmatnya curhat pada Ilahi
Robbi. Tadinya dalam hatiku, masalah ini memang harus diajukan ke
pengadilan, agar tak ada lagi korban-korban penipuan si gabi dan
mamanya, khususnya bagi para perantau di Krakow. Namun, kekasihku
mengingatkan bahwa kami harus konsentrasi menyambut sang mujahid yang
telah dinanti dua abangnya ini. Memang uang sejumlah kerugian itu cukup
besar nominalnya buat kami, apalagi jumlah itu malah cukup untuk
memasang listrik dan pipa air di masjid Krakow, namun beginilah suatu
jalan perjuangan, tak cuma mengukir cinta dan senyum semangat, juga
harus terus-menerus meningkatkan dosis pil kesabaran, menanamkan azzam
untuk terus sabar dan ikhlas meskipun menemui kepahitan dan segala rasa
sakit.
Terima
kasih duhai sahabat yang mengirimkan pesan padaku, “Ummi… bagaimana
kabarmu hari ini? Saya rindu pada tulisanmu, ummi… tentang hari-hari
yang dijalani harus selalu disambut dengan sikap optimis, itu sangat
memotivasi saya…”, juga pesan lainnya bernada sama, “Sungguh kita diuji
oleh-NYA setiap waktu, dan Allah ta’ala tidak akan membebankan seseorang
itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Saya termotivasi akan
tulisan ummi”. Justru cambuk motivasi tersebut memang masih
terus-menerus berproses, tak ada hamba-Nya yang hidup tanpa onak dan
duri ujian. Sesungguhnya, saya pun masih amat terseok-seok mempelajari
makna hidup tentang kesabaran dan keikhlasan.
Detik terkejutnya saya adalah keesokan harinya setelah check-out
dari hotel, pertama, saya peluk sahabat, sister Yasmin, di
appartementnya kami makan siang bersama. Dan itu adalah keajaiban :
selera makan saya perlahan pulih, sudah seminggu saya tidak bisa makan
apa-apa alias muntah melulu. Subhanalloh… Yasmin mendengarkan dengan
empati tentang hal yang kami alami. Lalu Yasmin bercerita bahwa rezeki
roti yang kami makan hari itu adalah bagaikan mukjjizat-NYA. Yasmin
(yang juga sedang hamil) sudah lama kangen juga ingin membuat roti
tersebut, namun hampir dua bulan ini alat pemanggangnya rusak, tukang
reparasi sudah mengecek namun belum bisa memperbaiki. Tak disangka, pagi
itu, saat Yasmin sudah mengetahui kepindahan dadakanku dan kami
terpaksa tinggal di hotel beberapa hari, maka Yasmin bilang kepadaku
untuk makan siang di rumahnya saja, dan entahlah, tiba-tiba ia hidupkan
pemanggang roti, dan pemanggangnya menyala seperti biasa, Allahu Akbar!
Roti buatannya memang sangat disukai anak-anakku. Ya Allah, terima kasih
atas ukhuwah dan segala kucuran rezeki-Mu Yang Maha Luas.
Sorenya,
Yasmin membekaliku makan malam, lalu saya dan anak-anak berpamitan,
berjumpa suamiku (yang baru pulang kantor) di appartemen yang baru. Si owner memang
tampak jauh berbeda dengan Gabi, mulai dari gaya bicara, cara bersikap
dengan anak-anak, juga tentang pengetahuannya, salah satu hal adalah owner atau land-lord yang
baru memiliki teman-teman muslim, ia bekerja di negara lain. Dan dengan
terburu-buru ia meminta maaf bahwa kami harus bersih-bersih appartemen
dulu saat itu, sebab dia belum sempat membersihkannya, ia harus segera
kembali ke negeri tempatnya merantau, ia memiliki dua putra yang masih
bayi, sehingga memang tak bisa berlama-lama di Krakow. Saya jelaskan
bahwa ‘mood’ saya sedang buruk, ada banyak hal yang harus saya
komplain se-detail-detailnya mengingat jangan sampai peristiwa penipuan
Gabi terulang kembali. Ternyata si owner yang baru ini memaklumi sikap
saya, ia uraikan bahwa selaku pemilik appartemen yang juga seorang ibu,
dengan jelas apa-apa saja ia pasti memaklumi kerusakan-kerusakan kecil
di dalam appartemennya, ia tunjukkan beberapa lemari dapur yang sudah
rusak, karena penyewa sebelumnya memiliki anak-anak pula. Ada coretan di
dinding oleh anak si penyewa yang lama, dan sebagainya. Pikirku,
anak-anakku tak ada kebiasaan mencoret-coret dinding atau merusakkan
lemari, appartemen yang lama sangatlah bagus kondisinya saat
ditinggalkan oleh kami, rapi dan siap “langsung ditempati penyewa baru”,
namun yang membedakan adalah ‘mind-set’ pemiliknya, yah
namanya juga Gabi sudah berniat menipu dan merampok, suatu hal yang
harus kami syukuri bahwa latar belakang penipu itu memanglah kaum yang
kafir.
Malam itu kami sekeluarga kembali bergotong-royong beres-beres apartemen yang baru, tak ada bantuan cleaning-service,
karena memang masih libur panjang. Keterkejutan saya yang kedua adalah
saat ternyata tenaga ini memang masih sangat banyak, malam itu kami
bereskan dua ruangan, lalu bisa tidur dengan tenang setelah menyantap
buah-buahan pemberian owner dan bekal dari Yasmin tadi. Subhanalloh, si owner
yang baru benar-benar berpikiran sama dengan saya, ia memikirkan hal
kecil seperti buah-buahan tersebut, ia sediakan buat makan malam kami.
Teringat ayat-NYA nan indah, yang selalu memotivasi untuk ekstra dan ekstra bersabar, dalam QS. Al-Baqoroh ayat 214, “…’Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” Masihkah
saudara-saudari mengingat kisah yang saya tulis tentang “optimis :
kehilangan bermakna tambah rezeki”? Dan lagi-lagi hal itu terjadi,
paginya ketika kondisiku mulai pulih, alangkah senangnya bisa berselera
makan lagi, ada email yang kami terima. Email tentang pengembalian dana
pajak untukku sebagai istri pekerja, yang jumlahnya malah tiga kali
lipat dari jumlah nominal “uang yang dirampas” si Gabi. Allahu Akbar!
Allah Maha Kaya. Kuelus-elus kembali bayi mungil di rahim ini yang sudah
mulai berkontraksi kecil sesekali, “Ananda… kamu sungguh perkasa, kita
baru saja melewati tangga terjal nan luar biasa menyakitkan, dan
sekarang Allah ta’ala memberikan kejutan yang cepat dan tak terduga, rezeki-NYA memang selalu tercurah, nak…” Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.
Wallohu ‘alam bisshowab, semoga tetap optimis.
(bidadari_Azzam, @Krakow, malam 3 mei 2011- www.eramuslim.com)
6. Begitu Dekatnya Pertolongan Allah
Sugeng Wuryanto
(Pimpinan PT Muna Bina Insani penyelenggara Umrah dan Haji khusus)
Dalam
Alquran Surah Al-Qaaf ayat 16, Allah SWT berfirman : ”Dan sesungguhnya,
Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh
hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat leher.” Pada ayat
lain, Allah menegaskan, ”Dan kami lebih dekat kepadanya dari kamu,
tetapi kamu tidak melihat.” (Al-Waqiah : 85).
Kedua
ayat diatas menegaskan, bahwa sesungguhnya Allah begitu dekat kepada
hamba-Nya. Karena itu, Allah berjanji, akan senantiasa mengabulkan
segala permintaan hamba-hamba-Nya yang membutuhkan. Dia akan selalu
mengabulkan setiap doa dan mengampuni dosa-dosa hambaNya yang memohon
ampunan.
Itulah yang dirasakan Sugeng Wuryanto, Pimpinan PT Muna Bina Insani
(Munatour) —salah satu biro penyelenggara umrah dan haji khusus (ONH
Plus). Sugeng menyatakan, pernah merasakan betapa dekatnya Allah dan
pertolongan-Nya, sehingga segala kesulitan yang dihadapinya bisa
diselesaikan dalam waktu yang singkat.
Kejadian
itu dialaminya, saat membawa rombongan jamaah haji Munatour pada tahun
2005 silam. Awalnya, semua pelaksanaan ibadah haji berjalan lancar.
Akomodasi, hotel, penerbangan, katering dan lainnya tidak ada masalah.
Hingga kemudian, seusai melaksanakan tawaf di Arafah, dan jamaah akan
kembali ke Makkah pada tanggal 12 Dzulhijjah, persoalan muncul. Hotel
yang telah dikontrak untuk penginapan jamaah Munatour selama di Makkah,
tiba-tiba dibatalkan secara sepihak oleh manajemen hotel. Padahal,
sebelumnya perjanjian sudah disepakati. ”Entah mengapa, tiba-tiba
manajemen hotel membatalkan. Katanya ada tamu lain yang akan menginap di
tempat tersebut,” ujar Sugeng kepada Republika.
Ketika
dirinya memaksa agar tetap tinggal di tempat tersebut, pihak hotel
tetap pada pendiriannya dan menolak kedatangan jamaah Munatour.
Sebaliknya, pihak hotel berjanji akan mencarikan hotel lain yang lebih
dekat dengan Masjidil Haram. Hotel yang disebutkan memang masih memiliki
kamar kosong sebanyak 40 kamar dalam ukuran besar. Namun, Sugeng selaku
pimpinan Munatour menolak tegas. Alasannya, jamaah Munatour membutuhkan
80 kamar.
Hingga sore hari, kata Sugeng, pihaknya belum juga mendapatkan hotel
di Makkah. Ia pun sempat kebingungan, karena kondisi yang darurat
seperti itu, sudah sangat sulit mencari penginapan. Apalagi, tambahnya,
rombongan jamaah haji Munatour sudah mulai bergerak menuju Makkah. Saat
adzan Maghrib berkumandang dari Masjidil Haram, dengan berpakaian sarung
dan kaos, Sugeng menuju Masjid. Seusai shalat Maghrib, Ia pun
mengadukan permasalahannya melalui doa kepada Allah.
”Ya
Allah, hamba datang kesini, ikhlas untuk melayani Tamu Allah. Hari ini,
hamba dapat masalah. Jamaah Munatour tidak mendapatkan hotel untuk
menginap. Kami datang kemari bukan untuk menipu. Karena itu, mohon
berikanlah jalan terbaik bagi kami dalam melayani Tamu-Mu ya Allah,” doa
Sugeng.
Seusai melaksanakan shalat Maghrib, Sugeng pun beranjak meninggalkan
Masjidil Haram. Namun, belum jauh meninggalkan tempat, Ia bertemu dengan
teman travel asal Singapura, yang sudah lama bermukim di Makkah.
”Tampaknya, Antum (Engkau) lagi ada masalah,” kata temannya itu. ”Iya
nih. Jamaah saya tidak dapat hotel. Hotel yang sudah kami kontrak justru
membatalkan secara sepihak,” ujarnya.
Temannya
ini lantas menanyakan, berapa kamar yang dibutuhkan. ”Kami membutuhkan
sekitar 80 kamar,” ujar Sugeng lagi. ”Oke, kalau begitu, pakai saja
kamar hotel tempat kami menginap di Makkah Tower. Barusan ada orang yang
membatalkan kontrak dengan kami,” ujar temannya tersebut.
Dengan serta merta, suami Sri Sekarsih ini pun langsung mengucapkan
syukur kepada Allah SWT. Setelah menyelesaikan administrasi hotel, 30
menit kemudian, datanglah rombongan jamaah Munatour dan langsung
ditempatkan di hotel tersebut yang ternyata berdekatan dengan Masjidil
Haram. ”Subhanallah Pertolongan Allah begitu dekatnya,” pujinya.
Berbekal
pengalaman itulah, bapak tiga anak (Ahmad Raihan Fauzan, Ahmad Naufal
Fauzan dan Ahmad Salman Fauzan) ini, menyatakan, makin bersemangat dalam
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada Tamu-tamu Allah.
”Prinsipnya, kita harus ikhlas. Ini modal utama. Sebab, jamaah haji
merupakan Tamu Allah yang harus dilayani dengan baik,” ujar Sarjana
Ekonomi dari Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin) ini.
Selain
itu, kata pria kelahiran Purworejo, 7 April 1969 tersebut, melaksanakan
ibadah haji juga tidak boleh sombong. ”Seringkali kita sudah merasa
segala sesuatunya siap, ternyata dalam waktu singkat bisa muncul
kejadian yang tak terduga,” jelasnya. Karena itu, setiap kali ditanyakan
bagaimana persiapan pelaksanaan ibadah haji Munatour, Sugeng selalu
menyatakan, ”Insya Allah semuanya, siap. Sebab, Allah punya rencana dan
manusia hanya berusaha. Karena itu, saya selalu memasrahkan kepada Allah
segala persiapan yang sudah dirancang dengan baik,” paparnya. sya/fif
(http://rol.republika.co.id – Republika online)
Demikianlah beberapa kisah pengalaman
pertolongan Allah yang diberikan pada orang yang sungguh sungguh mohon
pertolongan pada-Nya ketika mengalami kesulitan dan kesusahan . Bagi
Allah tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Dia maha kuat
untuk menolong siapa yang dikehendakiNya.
Sayangnya
banyak orang yang ragu bahkan enggan meminta tolong pada Allah ketika
mengalami kesulitan. Mereka lebih suka pergi kepada paranormal, dukun
atau minta tolong pada tempat yang dianggap keramat, dimana akhirnya
mereka terjebak pada perbuatan Musyrik mempersekutukan Allah. Siapa yang
sungguh sungguh mohon pertolongan pada Allah, Dia pasti menolongnya
sebagaimana yang dijanjikan dalam surat Al Mukmin ayat 60 :” Berdoalah
padaku niscaya akan Ku perkenankan “.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar