Jumat, 17 Mei 2013

PERTOLONGAN ALLAH TA'ALA AMATLAH DEKAT

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللهِ أَلآَ إِنَّ نَصْرَ اللهِ قَرِيبُُ {214} 
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.  (Al  Baqarah 214)
berdoa
Dalam surat Al Ankabut ayat 2-3 Allah mengingatkan bahwa ia tidak akan membiarkan seseorang mengatakan bahwa dirinya telah beriman, sebelum ia mengujinya dengan berbagai ujian yang berupa penderitaan ,ketakutan , kegoncangan dan kepahitan hidup. Dalam surat Al Baqarah ayat 214 diatas Allah juga mengingatkan bahwa tidak mungkin bagi seseorang akan masuk syurga begitu saja sebelum datang padanya berbagai ujian dan cobaan yang berat sebagaimana yang pernah dialami orang orang dahulu.
Namun demikian betapapun beratnya ujian dan cobaan yang datang pada seorang Mukmin Allah pasti akan mendatangkan pertolongan padanya, asalkan ia tetap istiqomah , memohon padaNya dengan sabar dan shalat. Allah mengingatkan dalam surat Al Insyiriah :” Sesungguhnya disamping kesulitan ada kemudahan”. Dalam surat Al Baqarah ayat 45 dan 153 Allah juga mengingatkan kepada orang yang beriman agar selalu meminta tolonng pada Allah dengan mengerjakan shalat dan bersabar.
Dalam kehidupan sehari hari banyak fakta dan kejadian yang membuktikan kebenaran datangnya pertolongan Allah pada orang yang istiqomah dan selalu memohon pada-Nya. Mereka selalu lolos dari berbagai problem dan masalah yang dihadapi dengan pertolongan yang menakjubkan dari Allah swt. Berikut ini kami sampaikan beberapa kisah pengalaman orang orang yang mendapat pertolongan dari Allah secara menakjubkan, yang kami kutip dari beberapa sumber di internet. Mudah mudahan kisah dan pengalaman mereka bisa menjadi motivasi bagi kita dalam menghadapi berbagai problem dan masalah dalam hidup ini.

1. Sesungguhnya Pertolongan Allah Dekat


Pagi itu saya tengah berkeliling sebuah pesantren yang mengagumkan di Kalimantan Timur. Pesantren itu adalah Pesantren Hidayatullah yang terletak di sebuah kawasan bernama Gunung Tembak, Balikpapan. 120 hektar luas pesantren itu dan lebih dari 130 cabang sudah tersebar di dalam maupun luar negeri. Setidaknya itulah info yang saya dapatkan dari beberapa ustadz yang menemani saya saat bersilaturahmi ke sana.
“Santri sebanyak ini, berapa biaya yang dikeluarkan setiap bulannya…?” tanya saya kepada Ustadz Ainurrofiq.
Beliau menjawab bahwa Alhamdulillah biaya bulanan selalu cukup meskipun banyak dari santri yang tidak sanggup membayar SPP.
“Lalu darimana biaya bulanan itu ditutupi…?”kejar saya.
“Khan ada Allah!!!” jawab beliau singkat.
“Ya, saya mengerti… tapi khan pasti ada jalan keluar yang harus dicari… Begini aja, ada cerita bagus gak dari pesantren ini yang bisa dibagi ke saya?!” tandas saya.
Akhirnya ustadz Rofiq (beliau biasa disapa demikian), menceritakan satu kisah yang mengagumkan.
Waktu itu pernah datang kepala gudang kepada Abdullah Said, pimpinan pertama pesantren. Sang ustadz, kepala gudang pagi itu datang mengadu kepada bapak pimpinan,
“Pak, di gudang kini tidak tersisa sebutir beras pun untuk makan santri nanti siang!”
Hal itu dilaporkannya pada pukul sekitar jam 8 pagi, padahal makan siang hanya tersisa 4 jam lagi. Dus, santri yang perlu makan jumlahnya adalah ratusan.
Mendengarnya pak kyai menjawab tenang. Ya, inilah sosok hamba Allah yang selalu menyerahkan urusannya kepada Allah. Tidak pernah panik dan selalu tenang! Beliau menukas :
“Begini saja, mari kita pergi ke masjid untuk shalat Dhuha!” Sang ustadz kepala gudang mengiyakan ajakan pak kyai. Ustadz kepala gudang tahu benar tabiat kyai yang selalu menyerahkan semua urusan kepada Allah Swt.”
Melihat mereka berdua berjalan menuju masjid, rupanya ada beberapa ustadz lain yang mengikuti langkah mereka. Pemandangan segerombolan ustadz dan kyai menarik perhatian beberapa santri dan akhirnya rombongan menuju masjid untuk melaksanakan shalat dhuha pun menjadi banyak.
Inilah para hamba Allah yang sebenarnya. Yaitu manusia-manusia shalih yang mengabdikan diri menjadi hamba Allah sesungguhnya, dan mereka semua menjadikan Allah Swt menjadi Tuhan mereka dengan sebenarnya.
Radhitu billahi Rabban…. wa bil islami diinaa… wa bi muhammadin nabiyyan wa rasuulaa…
Maka para hamba Allah itu melakukan shalat dhuha sepuas hati mereka. Ada di antara mereka yang mengerjakan 2, 4, 6, 8 bahkan 12 rakaat. Usai mereka berdiri, rukuk dan sujud dihadapan Allah Sang Penguasa Alam, maka wajah-wajah mereka menengadah. Tangan-tangan mereka terangkat menjulur ke langit. Mereka meminta dengan penuh harap dihadapan Tuhannya.
Allahumma inna hadzhad dhuha’a dhuha’uka wal baha’a baha’uka…..
Aatinii maa ataita min ibaadikas shaalihin…
Ya Allah… sungguh waktu dhuha ini adalah milikMu, dan keagungan adalah kepunyaanmu….
Berikan kepadaku karunia yang pernah Engkau berikan kepada hamba-hambaMu yang shalihin.
Itulah doa Dhuha yang dibacakan oleh para hamba Allah tadi. Kondisi mereka masih berada di tempatnya. Tidak seorang pun beranjak pergi meninggalkan masjid. Meski demikian, rupanya ijabah Allah sudah tiba sebelum doa mereka diselesaikan.
Ya, ijabah Allah mendahului permohonan doa mereka!!!
Siapa yang pernah berkunjung ke pesantren Hidayatullah di Gunung Tembak ini akan mendapati bahwa gerbang pesantren terletak di sisi kanan depan masjid. Maka gerbang tidak jauh berjarak dari masjid tempat para hamba Allah tadi berdoa.
Maka di gerbang tersebut ada sebuah truk penuh berisi muatan beras. Ya, beras!!! Beras yang Allah Swt datangkan untuk para hambaNya yang membutuhkan.
Truk itu pun dibongkar muatannya di gudang pesantren. Sambil membongkar para petugas pesantren menanyakan kepada supir truk darimana asal beras ini. Supir truk itu memberi keterangan bahwa kemarin Bulog Kaltim melakukan sidak (inspeksi mendadak) di pasar. Mereka temukan raskin (beras untuk orang miskin) rupanya dijual bebas. Maka beras itu pun disita oleh Bulog.
truk-berasSetelah disita para pejabat Bulog Kaltim mendapati bahwa gudang mereka penuh dan tidak bisa menampung beras sitaan. Maka mereka berpendapat, kalau tidak bisa disimpan lebih baik disumbangkan saja sebelum beras itu rusak. Namun kemana hendak disumbangkan? Maka mereka memutuskan untuk menyalurkan beras itu ke pesantren Hidayatullah saja!!!
Subhanallah…!!! rupanya sebelum pak Kyai Abdullah Said berdoa bersama para ustadz dan santrinya, jauh sebelum itu rupanya Allah Swt sungguh sudah mempersiapkan segala yang hendak diminta oleh para hamba-hamba kesayangannya.
Sungguh ada kenikmatan dan keindahan yang tiada terperi, bila kita menjadi hamba Allah sebenarnya! Tidakkah kita menyadarinya, sobat?!

2. Jangan Mengeluh Pertolongan Allah Pasti Datang
Bobby Herwibowo
Dalam menjalani hidup yang digariskan Allah Swt mungkin ada getir yang kita rasakan. Seperti hidup yang kadang terasa manis, maka kegetiran menjadi sebuah keniscayaan. Hal yang terbaik adalah senantiasa ridha atas ketetapanNya, dan berbuat yang terbaik untuk mendapatkan keridhaanNya. Bukan mengeluh, sebab hanya mereka yang tak beriman yang senantiasa putus harapan.
Seperti kaum muslimin yang menjalani perang Khandaq dalam ayat 214 surat Al Baqarah di muka. Dalam kondisi paling kritis pun, seorang muslim tidak boleh memiliki prasangka buruk terhadap Allah, apalagi mengeluh terhadap kondisi yang berlaku. Ketahuilah pertolongan Allah sungguh amat dekat!
Sore itu Rabu, tanggal 27 Juni 2007 ada sebuah sms masuk ke hp ustadz Burhan. Sms itu berasal dari Abdul Majid rekannya dan berbunyi: NANTI MALAM SAYA MAU KE RUMAH BA’DA MAGRIB, BOLEH GA?
Sang ustadz menjawab: BOLEH, TAPI JANGAN BA’DA MAGRIB. ABIS ISYA AJA YA…. DITUNGGU!
Abdul Majid membalas lagi: JGN DITUNGGU, KARENA MAU “NGEREPOTIN”. ANGGAP AJA DATENG MENDADAK!
Ustadz Burhan tidak membalas sms terakhir dan benar saja begitu shalat Isya telah didirikan, Abdul Majid pun datang ke rumah Ustadz.
Abdul Majid datang ke rumah Ustadz Burhan dengan tampang kusut. Sepertinya dia lagi banyak masalah. Biasa orang sekarang, Hidup sarat dengan masalah! Saking pusing dengan masalahnya ia langsung berkata kepada ustadz dan masuk rumahnya tanpa salam:
“Bang Haji, tolongin saya dong pinjemin duit barang tiga juta setengah… Saya lagi pusing nih!”
“Emangnya ada apa Majid?” sang ustadz bertanya balik.
Setahu ustadz Burhan, Abdul Majid adalah anak yang baik. Dia baru berumur 27 tahun dan belum menikah. Meski demikian, Abdul Majid mau memikirkan nasib anak-anak yatim di kampungnya, dan ia pun mendirikan sekolah gratis untuk mereka. Abdul Majid di kampungnya dikenal sebagai tuan guru.
“Begini… saya pernah janji sama anak-anak di sekolah bahwa kalau mereka lulus ujian akhir tahun ini saya mau ajak mereka jalan-jalan ke Jakarta. Semalam saya sudah lihat raport mereka semua. Alhamdulillah mereka lulus! Tapi tiba-tiba saya terbayang janji saya tempo hari. Malam tadi saya kalkulasi, keperluan jalan-jalan adalah tiga setengah juta. Hari Jum’at raport dibagiin dan Sabtu saya mau ajak mereka semua jalan-jalan…. Tolong dong bang haji, pinjemin saya duit tiga setengah juta!”
Ustadz Burhan hanya tersenyum mendengar penuturan Abdul Majid. Tulus sekali anak ini, gumamnya. Demi kepentingan anak-anak yatim sampai sedemikian hebatnya ia memikirkan.
Sambil tersenyum dan menghibur Ustadz Burhan bilang kepada Abdul Majid:
“Begini…. urusan tiga setengah juta gampang nyarinya. Asal elo dan gua malam ini dan besok mau ngerjain tiga hal:
1) Tahajud malam ini.
2) Berdoa sungguh-sungguh sama Allah agar Dia mau kasih duit sejumlah itu, dan
3) Punya duit berapa sekarang di kantong?”
Kalimat terakhir Ustadz Burhan mengagetkan Abdul Majid. Dengan keheranan ia bertanya, “Ada sih 250 ribu..!”
“Boleh gak disedekahin 100 ribu?!” ustadz Burhan bertanya.
Sambil keheranan Abdul Majid bertanya, “Disedekahin ke Antum?”
“Nggak…. sedekahin aja kemana ente mau! Insya Allah kalo tiga hal ini elo kerjain, Allah bakal ngedatengin uang yang kita perluin. Asal kita yakin Allah bakal nolong!”
Pembicaraan antara dua hamba Allah pun terus berlangsung. Hingga waktu menunjukkan lebih dari jam 9 malam. Ustadz Burhan pun menyuruh Abdul Majid pulang.
Namun Abdul Majid belum mau berdiri dari kursi. Maka ustadz pun masuk kamar. Sejurus kemudian dia membawa 5 lembar uang limapuluh ribuan. Uang itu diberikan kepada Abdul Majid dan ia pun menghitungnya.
Abdul Majid mengira bahwa keperluannya sebesar tiga juta setengah akan ditutupi oleh ustadz. Matanya berbinar saat melihat ustadz membawa lembaran kertas berwarna biru itu. Kelima lembar uang itu dihitungnya dihadapan ustadz. Usai menghitung Abdul Majid berkata, “Kok Cuma dua ratus lima puluh ribu doang?” Ia bertanya keheranan, mungkin jumlah yang ia dapati jauh dari harapan.
“Iya… itu cuma segitu doang. Mudah-mudahan itu jadi pancingan. Yang penting jangan lupa tiga hal tadi. Insya Allah pasti akan ada pertolongan!” Ustadz Burhan coba menegaskan.
Tapi Abdul Majid masih belum merasa yakin. Meski sudah diantar hingga ke halaman oleh Ustadz Burhan, ia masih bertanya, “Emangnya bener kalo saya kerjain 3 hal tadi, saya bisa dapat duit Jum’at pagi?” Terlihat raut kebimbangan pada wajah Abdul Majid.
“Jangankan Jum’at pagi, besok pagi pun kalo Allah mau pasti uang itu bisa kite dapetin. Yang penting yakin dan kerjain aja 3 hal itu!” Ustadz Burhan sekali lagi meyakinkan.
Akhirnya Abdul Majid pun pulang bersama sepeda motornya.
Kamis siang pukul 13 tanggal 28 Juni 2007, Abdul Majid mengirim SMS ke nomer ustadz Burhan. Sms itu berbunyi: ASSALAMU’ALAIKUM. SUDAH SIANG GINI SAYA BELOM DAPET 3,5 JT. PADAHAL SUDAH SHODAQOH. ADA CARA LAIN GA?
Dari sms itu, Ustadz Burhan tahu bahwa Abdul Majid sedang panik. Maka beliau pun membalas: KALO UDAH SEDEKAH, SEKARANG DOA AJA YANG SUNGGUH-SUNGGUH DAN BERTAWAKKAL. PASTI ALLAH TOLONG!
Lama tidak ada balasan sms dari Abdul Majid. Ustadz mengira bahwa Abdul Majid sudah mendapat pertolongan atas masalahnya. Namun pukul 19:56 ada sebuah sms lagi dari Abdul Majid masuk ke hpnya:
ASTAGFIRULLAHAL’ADZIM. KIRA2 SAYA DOSA APA YA? DO’A SAYA GAK DI QOBUL.
Menerima sms itu Ustadz Burhan turut merasa panik. Besok pagi padahal sudah hari Jum’at. Hal yang membuat panik sang ustadz adalah bahwa dirinya telah menggiring Abdul Majid untuk masuk ke jalan Allah Swt demi menyelesaikan permasalahannya. Ustadz Burhan khawatir, andai saja pertolongan Allah itu tidak datang, pasti keyakinan Abdul Majid kepada Allah Swt akan berkurang. Lama Ustadz Burhan berdoa kepada Allah Swt agar dia berkenan memudahkan urusan Abdul Majid. Usai hatinya tenang, sang ustadz membalas sms dengan menuliskan:
ALLAH GAK BUTA & TULI. DIA NGELIAT DAN NGEDENGER APA YANG KITA PERLUIN. TERUS SAJA BERDOA DAN TAWAKKAL! SAYA JUGA BERDOA SEMOGA URUSAN INI AKAN DPT PERTOLONGAN.
Abdul Majid tidak membalas sms. Ustadz Burhan mengira jangan-jangan dia sudah tidak percaya lagi dengan kekuatan doa. Maka Ustadz Burhan pun terus mendoakan Abdul Majid dan urusannya.
Hingga saatnya kira-kira pukul 9 pagi di hari Jum’at. Ustadz Burhan mendengar suara dering masuk di hpnya. Namun karena beliau sedang berada dalam kendaraan umum, maka hp itu tidak diangkatnya.
Tepat beberapa langkah setelah beliau turun dari metro mini yang ditumpanginya, sekali lagi hpnya berdering. Beliau tidak sempat melihat nomer penelpon pada display hp. Belum lagi beliau berucap salam, terdengarlah suara yang begitu riang di seberang:
“Bang haji…. Alhamdulillah, Alhamdulillah! Ini Majid, saya sudah dapat duit tiga setengah juta itu. Bukan pinjem lagi, kebetulan ada orang ngasih… Alhamdulillah!”
Mendengar suara gembira itu, ustadz Burhan turut bersyukur. Beliau pun bertanya, penasaran “Bagaimana ceritanya bisa dapet duit itu?”
“Entar saya datang ke rumah bang haji deh…. Biar bisa cerita selengkapnya. Sekarang saya mau pulang ke kampung dulu, ngejar pembagian raport. Mudah-mudahan besok pagi bisa bawa anak-anak main ke Jakarta!”
Telepon itu pun ditutup dengan diakhiri suara nada riang Abdul Majid. Kini tinggal, ustadz Burhan bertanya-tanya darimana Allah mendatangkan pertolongan itu?
Belakangan beliau tahu dari seseorang bahwa bupati dimana Abdul Majid berada memberikan bantuan kepada sekolahnya persis sebesar uang yang dibutuhkan oleh Abdul Majid.
Sungguh pertolongan Allah akan datang, maka janganlah mengeluh!
Salam
Bobby Herwibowo
(Sumber : www.al-kauny.com)

3. Sungguh Pertolongan Allah Amat Dekat
Alhamdulillah.. udah lama juga nggak ngepost di blog ini. entah kenapa akhir-akhir ini seperti sangat disibukkan oleh aktivitas yang sebenernya nggak bisa dikatakan “sibuk”. mungkin ini salah satu doa saya yang dikabulkan oleh Allah. waktu itu saya pernah minta untuk disibukkan dengan aktivitas-aktivitas dikampus supaya terhindar dari hal-hal yang tidak berguna. dan ternyata memang benar, saya benar-benar sibuk.
bingung juga mau nulis tentang apa. kebanyakan pekan-pekan kemarin hanya dijalankan dengan rutinitas yang itu-itu saja. tidur dikosan,bangun, solat, kuliah,ngaji,sedikit wara-wiri di organisasi sampai pulang lagi ke kosan. hidup saat ini bisa dikatakan “datar”  walau juga ada peningkatan di sana-sini. yah yang penting semuanya harus selalu kita syukuri. alhamdulillah.
persis kemarin ada kejadian yang unik. bisa juga disebut keajaiban. ya keajaiban, tentang sebuah kepercayaan terhadap pertolongan Allah. seorang teman mengeluhkan tentang masalahnya. sudah beberapa minggu ia kesulitan untuk mendapatkan tanda tangan ketua jurusan. ia berencana mengadakan sebuah kegiatan diskusi, antara mahasiswa dengan pihak jurusan. berjam-jam lamanya ia menunggu, hasilnya nihil. besoknya ia kembali lagi tetapi masih saja didapati sama seperti itu. sepertinya sangat sulit kemungkinan untuk bertemu sementara dateline akhir pengajuan proposal sudah sebentar lagi.
Waktu mendengar hal tersebut, saya ingat waktu itu saya juga pernah berada dalam posisi teman saya tadi. waktu itu saya juga berencana mengajukan sebuah proposal kegiatan dan waktu itu saya benar-benar mengalami kesulitan nyaris sama dengan teman itu, hanya saja waktu itu saya berencana menemui pembantu dekan III fakultas saya. saat itu saya sudah merasa kesal dengan keadaan. berjam-jam menunggu, hanya dibalas dengan kalimat  ”nanti tunggu ya pak PD III nya sedang rapat” atau “besok kamu kesini saja lagi, pak PD III ada agenda diluar sampai sore”.  alih-alih saya melampiaskan kekesalan. saya pergi ke musola, mengambil air wudhu dan solat, saat itu saya lupa yang antara solat dzuhur atau solat duha. setelah solat, saya bergegas kembali untuk menemui pak PD III. entah mengapa saya sangat yakin dengan pertolongan Allah. dan benar, Allah pun mempermudah urusan saya. sampai dipintu ruang PD III saya langsung dipersilahkan masuk oleh sekretaris beliau dan diarahkan langsung menemui beliau. satu kunci yang saya dapat, saat kita merasa yakin dengan pertolongan Allah, maka Allah pun akan yakin untuk menolong kita. dan saat kita ragu akan pertolonganNya maka Allah pun akan merasa ragu untuk menolong kita. seperti hukum timbal balik (Law of Reciprocity)
mendengar cerita itu, kawan saya tadi segera mempraktekkannnya. ia segera melakukan solat duha seperti yang saya sarankan. dan subhanallah, dengan mudahnya ia berhasil menemui ketua jurusan dan proposal yang diajukan diterima dengan baik bahkan ketua jurusan merekomendasikan kegiatannya tersebut untuk dilaporkan kepada PD (pembantu dekan) agar diterima sebagai bahan ajuan akreditasi jurusan. saya sempat tidak percaya,berulangkali saya berusaha bertanya untuk meyakinkan hal tersebut, namun itulah fakta yang terjadi. Allahuakbar. yang pasti dimana kita yakin akan Allah, maka Allah pun tidak akan segan-segan memberi kemudahan bagi kita.
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat”. (QS Al Baqarah: 45). Sungguh hakikatnya Allah telah memudahkan kita dalam menyelesaikan urusan yang ada. hanya saja kita terlalu takut tidak bisa menyelesaiknnya sehingga melupakan Allah. Saya pun teringat quote seorang teman di akun facebooknya, “Maka Berjalanlah bersama Allah dimanapun kita berada Insya Allah akan dimudahkan semua urusan kita”
semoga kita bisa mangambil hikmah dan pelajaran darinya, Wallahualambissawab
Ibnu Nashr A,  Jumat 4 november 2011   07:48
(blogs.unpad.ac.id)

4. Pertolongan Allah Amatlah Dekat
Budi Setiadi
Penulis Buku “Menembus Batas”
Anda tidak akan menyangka bahwa pegawai HPPK Pasar Klewer yang setiap hari bekerja menarik iuran dari pedagang di Pasar Klewer ini mampu mengantarkan anak pertama lulus dari Teknik Nuklir UGM dalam waktu kurang dari 4 tahun. Bahkan kini anaknya melanjutkan S2 di Jerman. Allahu Akbar!!! Dua anak lainnya mengikuti jejak sang kakak, saat ini sedang kuliah di ITB dan UGM.
Di rumahnya yang sempit di bantaran sungai Bengawan Solo itulah, Pak Budi dan istrinya berusaha keras mengantarkan mereka meraih cita-citanya. Jalan hidup tak begitu saja mudah baginya. Perjuangan saat menjadi mualaf, diusir dari kampung usai menikah, sampai saat istri divonis sakit di bagian otak dan usahanya bangkrut. Bagaimana Pak Budi sukses melalui berbagai ujian hidup dan tetap istiqamah? Simak penuturannya berikut.
Bagaimana dulu Bapak masuk Islam?
Tahun 1980, ketika mabuk berat saya lihat ada pengajian di masjid yang ngisi Kyai Slamet Iskandar. Ceramahnya tentang surat Al-Ma’un. Waktu itu mengesankan sekali bagi saya. Mulai saat itulah saya belajar Islam. Setelah keluarga tahu, mereka marah besar. Saya putuskan pergi dari rumah dalam kondisi fisik terluka, namun hati saya justru merasa tenteram. Saya tidur di masjid, pindah-pindah. Seorang takmir masjid memberikan saya baju karena waktu itu saya tidak membawa sepotong bajupun selain yang menempel di badan. Saya terus belajar dari kyai dan ulama di situ.
Setahun saya lancar membaca kitab kuning. Sampai saya dipercaya menjadi ketua Pemuda Muhammadiyah. Tetapi kemudian saya mengundurkan diri karena pihak keluarga mencari-cari saya dan saya khawatir berpengaruh buruk bagi organisasi. Saya merantau keluar kota, menghindari hal yang tidak diinginkan.

Saat menikah dengan istri Bapak, apa yang terjadi sampai diusir dari kampung?

Waktu itu hanya istri saya yang memakai jilbab di kampungnya, daerah Klaten. Saat itu tentu luar biasa sekali, karena jilbab masih dianggap asing. Ketika menikah, menurut adat setempat pasangan pengantin harus mengitari punden, saya menolak karena itu termasuk syirik. Karena warga tidak suka kemudian mengusir saya dan istri dari kampung. Sampai di bantaran Bengawan Solo kami menyewa sebuah rumah kecil. Waktu itu kami belum punya apa-apa. Untuk masak saja dipinjami tungku bekas jualan bakso. Belum seminggu kami sudah mendapat cobaan lagi. Uang kontrakan yang sedianya bisa dicicil setelah saya dapat pekerjaan tiba-tiba diminta dengan sangat kasar. Kalau ingat semua itu rasanya sakit sekali. Alhamdulillah setelah shalat malam dan mengadu kepada Allah, paginya ada jalan keluar. Tak hanya uang sewa rumah yang bisa saya bayarkan, bahkan dengan rezeki pagi itu saya bisa membeli perkakas rumah tangga, baju baru untuk istri, dan beberapa buku agama. Rasanya senang sekali.

Bagaimana awal mula Bapak bekerja di Pasar Klewer?
Asal mulanya ya karena kepepet. Usaha saya nggak berjalan mulus. Setelah ayam potong saya sudah coba jualan roti, juga nggak bisa bagus. Dalam keterpurukan muncul pikiran pinjam uang teman Rp. 5.000 untuk jualan rafia di pasar Klewer. Kemudian sedikit demi sedikit saya niatkan agar lebih berkembang lagi. Selain jualan di Pasar Klewer, saya juga keliling ke daerah Gemolong, Sragen, Karanganyar, Sukoharjo. Waktu itu naik sepeda onthel, ya cuma jualan rafia itu. Dan waktu itu saya niatkan sarapan setelah ada yang laku. Sampai pernah suatu ketika ke Sragen sampai sore jam 4 belum laku sama sekali. Pas sampai di pasar Palur Alhamdulillah laku semua, diborong oleh orang situ. Langsung saja saya cari warung makan dan pesan makanan. Alhamdulillah rasanya enak sekali, soalnya dari pagi cuma minum air kran.

Istri Bapak sakit, bisa diceritakan tentang sakitnya dan bagaimana Bapak menghadapi ujian tersebut?
Mungkin ini peringatan dari Allah swt. Saat itu saya sudah lumayan sukses. Usaha rafia saya sudah maju dan berkembang. Allah menegur saya dengan mengirim penyakit untuk istri saya, di otaknya ada lima virus mematikan yang menyerang. Tahun 1993/1995 semua harta saya ludes untuk biaya berobat, dalam tiga hari diperlukan biaya 2 juta. Usaha saya pun akhirnya jatuh. Dalam keadaan tersebut dokter memvonis umur istri saya tidak lebih dari dua minggu lagi. Tetapi saya tidak terima.
Waktu itu saya katakan pada dokter tersebut, bahwa yang berhak menentukan hidup mati manusia hanya Allah swt. kembali saya berpasrah kepada Allah swt. Dan benar istri saya sampai sekarang masih hidup dan tampak lebih sehat. Allah sendiri yang kirimkan obatnya. Sebuah artikel di lembaran yang tertiup angin beberapa kali jatuh di muka saya sampai akhirnya saya baca dan saya praktikkan untuk mengobati istri saya. Alhamdulillah berhasil. Sampai sekarang istri saya masih terus mengonsumsi bawang putih.

Soal menyekolahkan anak sampai lulus UGM bagaimana ceritanya Pak?
Saya hanya berusaha mendidik mereka, mengarahkan sesuai bakat mereka saja. Selebihnya semua adalah pertolongan Allah. Seperti ada orang habis Subuh mengetuk pintu dan menyerahkan amplop, katanya titipan buat saya. Saya buka ternyata isinya uang. Saya cari orang yang ngasih eh sudah hilang. Juga dipertemukan dengan panitia seleksi masuk yang cukup banyak membantu anak saya. Banyaklah kemudahan dari Allah. Saya pesan ke anak saya waktu itu, niatnya yang ikhlas untuk sekolah, pasti Allah berikan jalannya.

Apa hikmah yang Bapak petik dari perjalanan hidup Bapak selama ini?
Alhamdulillah, selama ini kita tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah. Sesulit apapun hidup kita, bagaimana menderitanya kita, asal selalu kembali kepada Allah pasti akan ada jalan keluarnya. fainna ma’al ‘ushri yusro, innama’al ‘ushri yusro, bersama kesulitan akan ada kemudahan dan Allah swt sebutkan itu dua kali berturut-turut. Asal kita ikhlas, tawakal, dan terus memanjatkan doa, insya Allah pertolongan Allah itu amat dekat. Yakinlah. (If)
(majalah.nurhidayahsolo.com)

5. Betapa Dekatnya Pertolongan Allah
Hari-hari yang penuh hujan di awal musim semi. Dua minggu lebih, kami di Krakow sedang memiliki permasalahan nan kompleks, sibuk luar biasa. Selain sulitnya bergerak akibat usai terpeleset di lantai sehingga aliran darah tidak lancar dan mengharuskanku bolak-balik ke dokter, anak-anak pun sedang flu berat saat pergantian musim. Terbayanglah ribetnya urusan dalam rumah karena di awal mei, kami berencana menempati appartemen yang baru, sedangkan urusan packing di appartemen lama masih berjalan sekitar 20 persen. Dan liburan panjang dengan suhu yang masih naik-turun menyebabkan stok makanan di rumah menipis, tak ada kedai atau supermarket yang buka.
appartemenSeminggu sebelum itu sebenarnya adalah suasana yang lumayan membahagiakan bagi muslim Krakow, sebab perjuangan mewujudkan sebuah masjid di kota ini sudah memiliki titik terang. Hanya dikarenakan liburan panjang di hari yang disebut-sebut perayaan paskah bagi kebanyakan penduduk sini, maka pemasangan listrik di ruangan masjid masih tertunda. Insya Allah, di rubrik berita, hal ini akan saya infokan tersendiri.
Saya sangat terkejut atas peristiwa yang baru-baru dialami oleh kami sekeluarga ini. Sebut saja si Gabi, pemilik appartemen yang kami sewa di sini, tiba-tiba tanpa ba-bi-bu datang dan menggeledah appartemen yang kami tempati, tanpa mempedulikan rasa keberatan saya (selama ini jika kita ingin bertamu atau akan bertemu dengan teman-teman, rekan kerja, kolega dll, pastilah harus memiliki “janji waktu untuk pertemuan tsb”, sebagai tanda saling menghormati jadwal masing-masing, maka di hari itu adalah seolah saya menghadapi orang sinting). Tepat beberapa hari lalu di masa kekagetan luar biasa itu, Mama Si Gabi ‘ujug-ujug’ masuk mengatakan hanya mau melihat-lihat balkon, (namun dari balkon, dia leluasa melihat seisi rumah kami, ruang tamu dan kamar tidur, kala itu dihuni tumpukan kardus yang baru saja saya packing).
Karena ada suasana berantakan kardus-kardus tersebut, dia tunjukkan rasa emosinya, Mama Gabi marah-marah dalam bahasa Polish sambil membanting rice-cookerku, dia berteriak-teriak mengatakan bahwa percikan air bekas menanak nasi telah merusakkan dinding appartemen tersebut.
Kepada Gabi, Saya dan suami menjelaskan bahwa suatu hal yang lumrah kalau kardus-kardus menumpuk, sebab memang kami akan pindah dari situ dan sedang beres-beres. Juga, saya katakan pada Gabi, bukankah saya bisa membayar ganti rugi cat dinding (kira-kira diameter percikan air bekas rice-cooker tsb adalah sekitar 10 cm), namun rasanya si mama Gabi tidak perlu berteriak-teriak tanpa juntrungan seperti itu. Entah kenapa, sepertinya penjelasan Gabi kepada mamanya tidak dipahami dengan baik, Mama Gabi termasuk ‘mantan komunis’ yang memang punya latar belakang hidup yang kurang baik di Krakow ini. Sungguh situasi ketika itu adalah sangat konyol, berhadapan dengan orang jahil yang tidak mau dikritik atas kejahilannya. Padahal selama ini, kami selalu berprasangka baik terhadap mereka, terutama pada ketidak-ramahan si mama Gabi. Namun hari itu, dia makin menjadi-jadi, dia yang sudah berusia manula, sambil mengomel (yang saya tak paham maksudnya), lalu menghidupkan sebatang rokok dan mondar-mandir di appartemen kami dengan mengepul-ngepulkan asap rokoknya. Dan itu adalah pelanggaran hukum, tapi dengan cueknya dia tetap bersikap tak sopan. Kesimpulan yang kami tarik atas kronologis di hari itu adalah Gabi dan mamanya ini “tidak rela” kehilangan biaya sewa atas kepindahan kami, dan mereka tak rela pula mengembalikan uang deposit yang kami punya.
Selanjutnya dia banting pintu di ruang tamu hingga tiga kali seraya berteriak kencang meminta uang untuk merenovasi appartemen! Duh, Innalillahi wa inna ilaihi roji’uun…Duhai Robbi, apakah dosa kami hingga perlakuan orang di depan mata ini sebegitu zalimnya? Dan yang paling lucu, memangnya kami ini ‘siapanya dia’, kok dimintai uang buat renovasi appartemennya? (kondisi appartemen lama yang biasa kami tempati itu adalah sangat cantik, bagus, rapi dan terbiasa kami rawat dengan baik selaku penyewa. Namun Mama Gabi tidak suka dengan rusaknya cat dinding 10 cm tadi, akibat percikan air rice-cooker yang saya ceritakan di atas). Logiskah gara-gara 10 cm cat dinding, tapi minta renovasi semua isi apartemen? Hmmm, dan banyak lagi prilaku dan ucapan Gabi dan mamanya yang membuatku terkejut dengan perasaan campur-aduk yang amat sangat, mereka berkata kasar, ucapan yang kotor, juga melanggar perjanjian-perjanjian selama ini, hal ini insya Allah detailnya akan saya kisahkan di momen kisah selanjutnya, sebagai contoh nyata kita harus ekstra-waspada dalam berbisnis dengan orang yang tidak mengenal Tuhan.
Sungguh efek yang luar biasa terhadap kesehatanku yang saat ini berada hampir di penghujung kehamilan. Sepulangnya mereka dengan mengumbar “notes” sepihak, saya muntah-muntah, tak ada makanan yang bisa masuk hingga beberapa hari, mulailah terganggu saluran pencernaanku, mungkin karena bercampur bau-bauan dari aroma rokok dan bahan kimia yang digunakan untuk bersih-bersih ruangan, mungkin pula akibat pengaruh psikologis yang mengharuskanku menelan pil kesabaran dengan penambahan dosis agar tak ikut tersulut emosi.
Dua hari kemudian, seluruh barang sudah kami packing, siap berpindah appartemen dengan jadwal lebih cepat, dan Gabi yang tadinya berminat menipu mentah-mentah dengan menyodorkan surat permintaan renovasi berbahasa Polish, yang salah satu point-nya adalah uang yang dimintanya hingga puluhan juta rupiah, ternyata harus sedikit “mengalah”. Dua orang teman Poland yang merupakan rekan kerja suamiku ikut datang dan berdebat hebat dengannya. Mereka menerjemahkan semua kalimat dalam surat itu yang kenyataannya memang “Gabi mau untung sendiri”. Jujur saja, ini pengalaman pertamaku bertemu seorang wanita penipu sadis di luar negeri, yang betapa kagetnya diriku, semua kalimat dan perjanjian yang ada ternyata ia langgar. Yang tetap ngotot meskipun sudah “kalah argumen” dengan teman-teman Poland sendiri. Hingga teman Poland kami itu memang berkata, “Janganlah kalian membenci ke semua orang Poland, hanya gara-gara wanita sinting yang satu ini… dia ini benar-benar bodoh dan sombong, kalau orang bodoh, tapi masih mau menerima kebenaran, pasti masih ada jalan atas suatu masalah. Tapi jika sudah sombong, yah… lebih baik cepat-cepat menjauh deh…buang-buang energi berurusan dengannya…”, saya dan suami memandang anak-anak yang tampak lelah. Kami pun teringat, bahwa mencintai atau membenci sesuatu memang harus selalu dikarenakan Allah ta’ala. Adalah suatu kesalahan kami, mempercayai seseorang yang memang tidak mengenal Sang Pencipta, astaghfirrulloh…
Di malam kepindahan dadakan itu usai “selesainya” urusan dengan Gabi, yang mana ia akhirnya telah ‘merampok’ uang sekitar 1000 Euro dari kami, sungguh terasa pertolongan Allah SWT buat kami. Teman-teman membantu suamiku memindahkan barang-barang ke rumah seorang teman muslim (karena jadwal pindah ke appartemen baru, masih dua hari kemudian). Satu teman wanita mengantarkan saya dan anak-anak ke hotel terdekat, hotel kecil yang dekat dengan kantor suami. Seusai menemani anak-anak tidur, barulah saya “mengadu” kembali pada-Nya, alangkah nikmatnya curhat pada Ilahi Robbi. Tadinya dalam hatiku, masalah ini memang harus diajukan ke pengadilan, agar tak ada lagi korban-korban penipuan si gabi dan mamanya, khususnya bagi para perantau di Krakow. Namun, kekasihku mengingatkan bahwa kami harus konsentrasi menyambut sang mujahid yang telah dinanti dua abangnya ini. Memang uang sejumlah kerugian itu cukup besar nominalnya buat kami, apalagi jumlah itu malah cukup untuk memasang listrik dan pipa air di masjid Krakow, namun beginilah suatu jalan perjuangan, tak cuma mengukir cinta dan senyum semangat, juga harus terus-menerus meningkatkan dosis pil kesabaran, menanamkan azzam untuk terus sabar dan ikhlas meskipun menemui kepahitan dan segala rasa sakit.
Terima kasih duhai sahabat yang mengirimkan pesan padaku, “Ummi… bagaimana kabarmu hari ini? Saya rindu pada tulisanmu, ummi… tentang hari-hari yang dijalani harus selalu disambut dengan sikap optimis, itu sangat memotivasi saya…”, juga pesan lainnya bernada sama, “Sungguh kita diuji oleh-NYA setiap waktu, dan Allah ta’ala tidak akan membebankan seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Saya termotivasi akan tulisan ummi”. Justru cambuk motivasi tersebut memang masih terus-menerus berproses, tak ada hamba-Nya yang hidup tanpa onak dan duri ujian. Sesungguhnya, saya pun masih amat terseok-seok mempelajari makna hidup tentang kesabaran dan keikhlasan.
Detik terkejutnya saya adalah keesokan harinya setelah check-out dari hotel, pertama, saya peluk sahabat, sister Yasmin, di appartementnya kami makan siang bersama. Dan itu adalah keajaiban : selera makan saya perlahan pulih, sudah seminggu saya tidak bisa makan apa-apa alias muntah melulu. Subhanalloh… Yasmin mendengarkan dengan empati tentang hal yang kami alami. Lalu Yasmin bercerita bahwa rezeki roti yang kami makan hari itu adalah bagaikan mukjjizat-NYA. Yasmin (yang juga sedang hamil) sudah lama kangen juga ingin membuat roti tersebut, namun hampir dua bulan ini alat pemanggangnya rusak, tukang reparasi sudah mengecek namun belum bisa memperbaiki. Tak disangka, pagi itu, saat Yasmin sudah mengetahui kepindahan dadakanku dan kami terpaksa tinggal di hotel beberapa hari, maka Yasmin bilang kepadaku untuk makan siang di rumahnya saja, dan entahlah, tiba-tiba ia hidupkan pemanggang roti, dan pemanggangnya menyala seperti biasa, Allahu Akbar! Roti buatannya memang sangat disukai anak-anakku. Ya Allah, terima kasih atas ukhuwah dan segala kucuran rezeki-Mu Yang Maha Luas.
Sorenya, Yasmin membekaliku makan malam, lalu saya dan anak-anak berpamitan, berjumpa suamiku (yang baru pulang kantor) di appartemen yang baru. Si owner memang tampak jauh berbeda dengan Gabi, mulai dari gaya bicara, cara bersikap dengan anak-anak, juga tentang pengetahuannya, salah satu hal adalah owner atau land-lord yang baru memiliki teman-teman muslim, ia bekerja di negara lain. Dan dengan terburu-buru ia meminta maaf bahwa kami harus bersih-bersih appartemen dulu saat itu, sebab dia belum sempat membersihkannya, ia harus segera kembali ke negeri tempatnya merantau, ia memiliki dua putra yang masih bayi, sehingga memang tak bisa berlama-lama di Krakow. Saya jelaskan bahwa ‘mood’ saya sedang buruk, ada banyak hal yang harus saya komplain se-detail-detailnya mengingat jangan sampai peristiwa penipuan Gabi terulang kembali. Ternyata si owner yang baru ini memaklumi sikap saya, ia uraikan bahwa selaku pemilik appartemen yang juga seorang ibu, dengan jelas apa-apa saja ia pasti memaklumi kerusakan-kerusakan kecil di dalam appartemennya, ia tunjukkan beberapa lemari dapur yang sudah rusak, karena penyewa sebelumnya memiliki anak-anak pula. Ada coretan di dinding oleh anak si penyewa yang lama, dan sebagainya. Pikirku, anak-anakku tak ada kebiasaan mencoret-coret dinding atau merusakkan lemari, appartemen yang lama sangatlah bagus kondisinya saat ditinggalkan oleh kami, rapi dan siap “langsung ditempati penyewa baru”, namun yang membedakan adalah ‘mind-set’ pemiliknya, yah namanya juga Gabi sudah berniat menipu dan merampok, suatu hal yang harus kami syukuri bahwa latar belakang penipu itu memanglah kaum yang kafir.
Malam itu kami sekeluarga kembali bergotong-royong beres-beres apartemen yang baru, tak ada bantuan cleaning-service, karena memang masih libur panjang. Keterkejutan saya yang kedua adalah saat ternyata tenaga ini memang masih sangat banyak, malam itu kami bereskan dua ruangan, lalu bisa tidur dengan tenang setelah menyantap buah-buahan pemberian owner dan bekal dari Yasmin tadi. Subhanalloh, si owner yang baru benar-benar berpikiran sama dengan saya, ia memikirkan hal kecil seperti buah-buahan tersebut, ia sediakan buat makan malam kami.
Teringat ayat-NYA nan indah, yang selalu memotivasi untuk ekstra dan ekstra bersabar, dalam QS. Al-Baqoroh ayat 214, “…’Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” Masihkah saudara-saudari mengingat kisah yang saya tulis tentang “optimis : kehilangan bermakna tambah rezeki”? Dan lagi-lagi hal itu terjadi, paginya ketika kondisiku mulai pulih, alangkah senangnya bisa berselera makan lagi, ada email yang kami terima. Email tentang pengembalian dana pajak untukku sebagai istri pekerja, yang jumlahnya malah tiga kali lipat dari jumlah nominal “uang yang dirampas” si Gabi. Allahu Akbar! Allah Maha Kaya. Kuelus-elus kembali bayi mungil di rahim ini yang sudah mulai berkontraksi kecil sesekali, “Ananda… kamu sungguh perkasa, kita baru saja melewati tangga terjal nan luar biasa menyakitkan, dan sekarang Allah ta’ala memberikan kejutan yang cepat dan tak terduga, rezeki-NYA memang selalu tercurah, nak…” Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.
Wallohu ‘alam bisshowab, semoga tetap optimis.
(bidadari_Azzam, @Krakow, malam 3 mei 2011- www.eramuslim.com)

6. Begitu Dekatnya Pertolongan Allah
Sugeng Wuryanto
(Pimpinan PT Muna Bina Insani penyelenggara Umrah dan Haji khusus)
Dalam Alquran Surah Al-Qaaf ayat 16, Allah SWT berfirman : ”Dan sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat leher.” Pada ayat lain, Allah menegaskan, ”Dan kami lebih dekat kepadanya dari kamu, tetapi kamu tidak melihat.” (Al-Waqiah : 85).
Kedua ayat diatas menegaskan, bahwa sesungguhnya Allah begitu dekat kepada hamba-Nya. Karena itu, Allah berjanji, akan senantiasa mengabulkan segala permintaan hamba-hamba-Nya yang membutuhkan. Dia akan selalu mengabulkan setiap doa dan mengampuni dosa-dosa hambaNya yang memohon ampunan.
Itulah yang dirasakan Sugeng Wuryanto, Pimpinan PT Muna Bina Insani (Munatour) —salah satu biro penyelenggara umrah dan haji khusus (ONH Plus). Sugeng menyatakan, pernah merasakan betapa dekatnya Allah dan pertolongan-Nya, sehingga segala kesulitan yang dihadapinya bisa diselesaikan dalam waktu yang singkat.
Kejadian itu dialaminya, saat membawa rombongan jamaah haji Munatour pada tahun 2005 silam. Awalnya, semua pelaksanaan ibadah haji berjalan lancar. Akomodasi, hotel, penerbangan, katering dan lainnya tidak ada masalah. Hingga kemudian, seusai melaksanakan tawaf di Arafah, dan jamaah akan kembali ke Makkah pada tanggal 12 Dzulhijjah, persoalan muncul. Hotel yang telah dikontrak untuk penginapan jamaah Munatour selama di Makkah, tiba-tiba dibatalkan secara sepihak oleh manajemen hotel. Padahal, sebelumnya perjanjian sudah disepakati. ”Entah mengapa, tiba-tiba manajemen hotel membatalkan. Katanya ada tamu lain yang akan menginap di tempat tersebut,” ujar Sugeng kepada Republika.
masjidil-haram-1Ketika dirinya memaksa agar tetap tinggal di tempat tersebut, pihak hotel tetap pada pendiriannya dan menolak kedatangan jamaah Munatour. Sebaliknya, pihak hotel berjanji akan mencarikan hotel lain yang lebih dekat dengan Masjidil Haram. Hotel yang disebutkan memang masih memiliki kamar kosong sebanyak 40 kamar dalam ukuran besar. Namun, Sugeng selaku pimpinan Munatour menolak tegas. Alasannya, jamaah Munatour membutuhkan 80 kamar.
Hingga sore hari, kata Sugeng, pihaknya belum juga mendapatkan hotel di Makkah. Ia pun sempat kebingungan, karena kondisi yang darurat seperti itu, sudah sangat sulit mencari penginapan. Apalagi, tambahnya, rombongan jamaah haji Munatour sudah mulai bergerak menuju Makkah. Saat adzan Maghrib berkumandang dari Masjidil Haram, dengan berpakaian sarung dan kaos, Sugeng menuju Masjid. Seusai shalat Maghrib, Ia pun mengadukan permasalahannya melalui doa kepada Allah.
”Ya Allah, hamba datang kesini, ikhlas untuk melayani Tamu Allah. Hari ini, hamba dapat masalah. Jamaah Munatour tidak mendapatkan hotel untuk menginap. Kami datang kemari bukan untuk menipu. Karena itu, mohon berikanlah jalan terbaik bagi kami dalam melayani Tamu-Mu ya Allah,” doa Sugeng.
Seusai melaksanakan shalat Maghrib, Sugeng pun beranjak meninggalkan Masjidil Haram. Namun, belum jauh meninggalkan tempat, Ia bertemu dengan teman travel asal Singapura, yang sudah lama bermukim di Makkah. ”Tampaknya, Antum (Engkau) lagi ada masalah,” kata temannya itu. ”Iya nih. Jamaah saya tidak dapat hotel. Hotel yang sudah kami kontrak justru membatalkan secara sepihak,” ujarnya.
Temannya ini lantas menanyakan, berapa kamar yang dibutuhkan. ”Kami membutuhkan sekitar 80 kamar,” ujar Sugeng lagi. ”Oke, kalau begitu, pakai saja kamar hotel tempat kami menginap di Makkah Tower. Barusan ada orang yang membatalkan kontrak dengan kami,” ujar temannya tersebut.
Dengan serta merta, suami Sri Sekarsih ini pun langsung mengucapkan syukur kepada Allah SWT. Setelah menyelesaikan administrasi hotel, 30 menit kemudian, datanglah rombongan jamaah Munatour dan langsung ditempatkan di hotel tersebut yang ternyata berdekatan dengan Masjidil Haram. ”Subhanallah Pertolongan Allah begitu dekatnya,” pujinya.
Berbekal pengalaman itulah, bapak tiga anak (Ahmad Raihan Fauzan, Ahmad Naufal Fauzan dan Ahmad Salman Fauzan) ini, menyatakan, makin bersemangat dalam memberikan pelayanan yang lebih baik kepada Tamu-tamu Allah. ”Prinsipnya, kita harus ikhlas. Ini modal utama. Sebab, jamaah haji merupakan Tamu Allah yang harus dilayani dengan baik,” ujar Sarjana Ekonomi dari Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin) ini.
masjidil-haram-3Selain itu, kata pria kelahiran Purworejo, 7 April 1969 tersebut, melaksanakan ibadah haji juga tidak boleh sombong. ”Seringkali kita sudah merasa segala sesuatunya siap, ternyata dalam waktu singkat bisa muncul kejadian yang tak terduga,” jelasnya. Karena itu, setiap kali ditanyakan bagaimana persiapan pelaksanaan ibadah haji Munatour, Sugeng selalu menyatakan, ”Insya Allah semuanya, siap. Sebab, Allah punya rencana dan manusia hanya berusaha. Karena itu, saya selalu memasrahkan kepada Allah segala persiapan yang sudah dirancang dengan baik,” paparnya. sya/fif
(http://rol.republika.co.id – Republika online)

Demikianlah beberapa kisah pengalaman pertolongan Allah yang diberikan pada orang yang sungguh sungguh mohon pertolongan pada-Nya ketika mengalami kesulitan dan kesusahan . Bagi Allah tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Dia maha kuat untuk menolong siapa yang dikehendakiNya.
Sayangnya banyak orang yang ragu bahkan enggan meminta tolong pada Allah ketika mengalami kesulitan. Mereka lebih suka pergi kepada paranormal, dukun atau minta tolong pada tempat yang dianggap keramat, dimana akhirnya mereka terjebak pada perbuatan Musyrik mempersekutukan Allah. Siapa yang sungguh sungguh mohon pertolongan pada Allah, Dia pasti menolongnya sebagaimana yang dijanjikan dalam surat Al Mukmin ayat 60 :” Berdoalah padaku niscaya akan Ku perkenankan “.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar