قال الله تعالى: ﴿ وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتًا
بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ ﴾
Janganlah kamu
mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu
hidup di sisi Tuhannya
dengan mendapat rezeki. (Ali
Imron: 169)
Segala puji hanya bagi Allah subhanahu wata’ala, shalawat
dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah salallahu’alaihi
wa salam, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah
dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan
aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma
Ba’du:
قال تعالى:
] وَلاَ
تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاء
عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ [
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang
gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan
mendapat rezeki. Ali Imron: 169.
Syekh Abdurrahman
Al-Sa’di berkata: Firman Allah Ta’ala:
] وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي
سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتًا [
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang
gugur di jalan Allah itu mati;
Artinya
berjihad melawan musuh-musuh agama Allah subhanahu
wata’ala, dalam rangka meninggikan kalimat Allah. (أَمْوَاتًا) yang bermakna mati maksudnya adalah janganlah tersirat di
dalam benakmu dan prasangkamu bahwa mereka telah mati dan sirna serta telah
menghilang dari mereka kelezatan hidup di dunia dan dari bersenang-senang
dengan kemegahan hidup dunia, karena dengan mati di jalan Allah, mereka
mendapatkan apa yang lebih besar dari apa yang menjadi impian bagi setiap
muslim yaitu mereka hidup di sisi tuhan mereka dan mereka diberikan rizki
dengan berbagai kenikmatan yang tidak
merasakan keindahannya kecuali oleh orang yang diberikan nikmat oleh Allah
dengannya”.[1]
Diriwayatkan oleh
Muslim di dalam kitab shahihnya dari Masruq berkata: Kami bertanya kepada
Masruq tentang ayat ini:
قال تعالى: ] وَلاَ تَحْسَبَنَّ
الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ
يُرْزَقُونَ [
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang
gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan
mendapat rezeki. (Ali Imron: 169)
Kita
telah bertanya tentang masalah ini kepada Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam dan beliau bersabda: Ruh-ruh mereka berada pada tembolok burung
yang berwarna hijau yang memiliki sarang yang tergantung pada arasy, dia terbang
di dalam surga kemanapun dia kehendaki, lalu dia kembali menuju lampu tersebut
lalu Tuhan mereka melihat mereka dan berfirman: Apakah yang kalian inginkan?.
Mereka menjawab: Apakah ada hal lain yang kami inginkan semantara kami telah
dibebaskan terbang ke sana
kemari di dalam surga ini kemanapun kami kehendaki. Allah Subhanahu Wa Ta’ala
berkata kepada mereka tiga kali, lalu pada saat mereka sudah mengetahui bahwa
mereka tidak dibiarkan kecuali harus meminta sesuatu mereka berkata: Wahai
Tuhan kami, kembalikanlah ruh-ruh kami pada tubuh-tubuh kami sehingga kami
terbunuh kembali di jalan -Mu, lalu pada saat Tuhan mereka mengetahui bahwa
tidak memilki hajat apapun maka merekapun ditinggalkan”.[2]
Diriwayatkan oleh
Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Anas bin Malik radhiallahu
anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi
wa salam bersabda: Tidak ada seorangpun yang telah masuk surga lalu dia
senang kembali ke dunia dan dia tidak memiliki sesuatu apapun di dunia kecuali
orang yang mati syahid, sesungguhnya dia berangan-angan untuk kembali ke dunia
sepuluh kali Karena kemuliaan yang diberikan kepada orang yang mati syahid”.[3]
قال
تعالى: ] فَرِحِينَ
بِمَآ آتَاهُمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ
يَلْحَقُواْ بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلاَّ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ
يَحْزَنُونَ [
mereka dalam keadaan gembira
disebabkan karunia Allah yang diberikan -Nya
kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap
orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul
mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati. )QS. Ali Imron: 170).
Maksudnya
adalah orang yang mati syahid di jalan Allah tetap hidup dan diberikan rizki di
sisi Tuhan mereka, mereka riang gembira dan bersenang-senang dengan apa yang
mereka dapatkan dan bergirang hati dengan saudara-saudara mereka yang terbunuh
di jalan Allah subhanahu wata’ala setelah
mereka, bahwa mereka mendahului dan tidak takut dengan apa yang ada dihadapan
mereka serta tidak bersedih dengan apa yang mereka tinggalkan dibelakang mereka
(yaitu di dunia).
Di dalam
kitab shahih riwayat Bukhri dan Muslim dari Anas tentang kisah tujuh puluh kaum
Anshor yang terbunuh di sumur Ma’unah dalam satu perjalanan peperangan, maka
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
melakukan qunut guna berdo’a untuk kebinasaan kaum yang telah membunuh mereka.
Anas berkata: Maka kami membaca Al-Qur’an tentang mereka kemudian hal itu
terangkat,(Kabarkanlah kaum kami tentang keadaan kami bahwa kami telah bertemu
dengan Tuhan kami maka Diapun meredhai kami dan membuat kami redha)”.[4]
قال
تعالى: ] يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللهِ
وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ [
Mereka bergirang hati dengan nikmat
dan karunia yang besar dari Allah, dan
bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang
yang beriman. (QS. Ali Imron: 171).
Maksudnya
mereka saling memberikan penghormatan dengan sesuatu yang paling agung yaitu
nikmat, karunia dan anugrah Tuhan mereka dan sesungguhnya Allah subhanahu
wata’ala tidak akan menyia-nyiakan balasan orang-orang yang beriman,
bahkan mengembangkannya dan memabalasnya serta menambahnya dari karunia -Nya
dengan tambahan yang tidak bisa dicapai oleh usaha mereka.
Di
antara pelajaran yang dapat dipetik dari ayat yang agung ini adalah:
Pertama:
Menetapkan adanya alam barzakh dan orang-orang yang mati syahid berada pada
tempat yang paling tinggi di sisi Tuhan mereka. Diriwyatkan oleh Imam Ahmad di
dalam musnadnya dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma bahwa Nabi Muhammad shallallahu‘alaihi
wa sallam
bersabda: Para syuhada berada pada bagian tertinggi surga
di pintu surga, pada sebuah kubah berwarna hijau, rizki mereka dari surga keluar
darinya baik pada waktu pagi atau siang”.[5]
Ibnu Katsir berkata:
Seakan-akan para syuhada tersebut terbagi menjadi beberapa kelompok, di antara
mereka ada yang ruh-ruhnya berterbangan di dalam surga, dan di antara mereka
ada yang berada pada sungai di pintu surga, dan bisa jadi perjalanan terakhir
mereka pada sungai ini dan mereka berkumpul padanya dan mereka diberikan rizki
padanya baik pada waktu pagi atau petang. Wallahu A’alam. Dan kami telah
meriwayatkan di dalam musnad Imam Ahmad sebuah hadits yang menjelaskan tentang
kabar gembira bagi setiap orang yang beriman, bahwa ruh mereka berada di surga,
berterbangan didalam nya, makan dari buah yang berada di surga, dia memandang
padanya apa-apa yang membuat mereka senang dan berseri-seri, dia juga menyaksikan
apa-apa yang dipersiapkan oleh Allah subhanahu
wata’ala bagi mereka berupa kemuliaan. Sanadnya shahih disepakati oleh oleh
tiga imam dari empat imam, sebab imam Ahmad meriwayatkan dari Muhammad bin
Idris Al-Syafi’I, dan Imam Syaf’I meriwayatkannya dari Malik bin Anas dan Malik
dari Al-Zuhri dari Abdurrahman bin Ka’ab bin Malik dari bapakanya radhiallahu
anhu berkata: Raslullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda: Jiwa
seorang mu’min adalah burung yang bergantng pada pohon surga sehingga Allah
mengemballikannya ke dalam tubuhnya pada hari dia dibangkitkan”.[6]
Di dalam hadits ini
disebutkan bahwa jiwa orang yang beriman seperti burung di dalam surga,
sementara ruh para syuhada’ berada pada tembolok burung yang berwarna hijau
maka dia bagai bintang-bintang jika dibandingkan dengan ruh kaum mu’minin pada
umumnya, dia terbang sendiri-sendiri. Kita memohon kepada Allah yang Maha
Memberi untuk mematikan kita di dalam keimanan”.[7]
Kedua: Motifasi untuk
berjihad, dan hidup zuhud dengan dunia yang kenikmatannya bersifat fana.
Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Sahl bin Hunaif dari
bapakanya bahwa Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang memohon mati syahid kepada Allah dengan
sebenarnya, maka Allah akan menyamapikannya pada tingkat orang yang mati syahid
sekalipuin dirinya mati di atas ranjang tidurnya”.[8]
Ketiga: Keutamaan dan
kedudukannya yang sangat mulia. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab
shahihnya dari Abi Hurairah bahwa Nabi Muhammad shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat
seratus derajat yang dipersiapkan oleh Allah bagi orang-orang yang berjihad di
jalan Allah, dan jarak antara tingkat yang satu dengan yang lainnya sama
seperti jarak antara langit dan bumi, dan jika kalian meminta kepada Allah maka
mintalah surga firdaus, sebab dia adalah surga yang paling tengah dan tingkat
surga yang paling tinggi. Aku melihatnya beliau bersabda: dan di atasnya adalah
Arsyi Allah yang Maha Pengasih dan darinya terpancar sungai-sungai surga”.[9]
Keempat: Ayat ini sebagai
kabar gembira bagi orang yang masih hidup karena kematian yang menimpa kalangan
mereka, sebagai ta’ziah bagi mereka serta mendorong mereka untuk berperang di jalan
Allah subhanahu wata’ala untuk
memperoleh mati syahid. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya
bahwa Ummu Haritsah binti Suraqah mendatangi Nabi Muhammad shallallahu‘alaihi
wa sallam dan berkata: Wahai Nabi Allah apakah engkau tidak memberitahukan
kepadaku tentang nasih Haritsah?. Dia tebunuh pada perang Badr ditimpa oleh
sebuah panah yang nyasar, jika dia berada di dalam surga maka aku bersabar dan
jika tempatnya bukan di surga maka aku akan menangis dengan sesungguhnya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda: Wahai
Ummu Haritsa sesungguhnya di dalam surga terdapat tingkatan-tingkatan dan
anakmu mendapatkan surga firdaus yang tertinggi”.[10]
Kelima: Semua keutamaan
yang disebutkan di atas baik di dalam ayat dan hadits-hadits yang mulia tidak
diberikan kecuali kepada mereka yang berjihad di jalan Allah subhanahu wata’ala untuk menegakkan
kalimat -Nya dan membela agama -Nya.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Musa
Al-Asya’ari berkata: Seorang lelaki datang kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan
berkata: Seorang lelaki yang berperang untuk mendapatkan harta rampasan, dan
seorang lelaki yang berperang untuk dikenang, dan seorang lelaki yang berperang
untuk dietahui posisinya lalu siapakah yang berjuang di jalan Allah?.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Orang yang
berperang untuk menjadikan kalimat Allah yang tertinggi maka dialah yang
berperang di jalan Allah”.[11]
Adapun orang yang
berperang di bawah panji-panji buta, nasionalisme, fanatisme atau kebebasan
atau slogan-slogan palsu lainnya maka dia sama seperti apa yang disabdakan oleh
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa
sallam di dalam hadits riwayat Muslim di dalam kitab shahihnya: Barangsiapa yang
berperang di bawah panji buta yang menyeru kepada fanatisme atau membela
fanatisme maka kematiannya adalah kematian jahiliyah”.[12]
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan
salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat
serta seluruh pengikut beliau.
[1] Tafsir Al-Sa’di
halaman: 124
[2] Shahih Muslim: no:
1887
[3] Shahih Bukhari:
2817 dan Muslim no: 1877
[4] HR. Bukhari no:
4090 dan Muslim no: 677
[5] Musnad Ahmad bin
Hambal 4/220 no: 2390 dan Ibnu Katsir berkata di dalam kitab tafsirnya: 1/142
dan isnadnya jayyid
[6] Musnad Imam Ahmad:
3/460
[7] Tafsir Ibnu Katsir
1/427
[8] HR. Muslim no: 1909
[9] Al-Bukhari no: 2790
[10] HR.
Al-Bukhari: 2809
[11] Al-Bukhari: 2810
dan Muslim no: 1904
[12] HR. Muslim: no:
1850
Tidak ada komentar:
Posting Komentar